
Airlangga: Indonesia Bangkit Menuju Pemulihan Ekonomi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menilai Indonesia telah berhasil melewati titik terendah (rock bottom) dalam perekonomiannya. Hal ini tergambar dari angka pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2020 yang meski masih terkontraksi -3,49% secara year on year (yoy), tetapi membaik dibandingkan kondisi triwulan II-2020 yang terkontraksi mencapai -5,32%.
Secara kuartalan (qtq), atau dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya, ekonomi Indonesia juga tumbuh tinggi di angka 5,05%. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan ekonomi global yang mulai terlihat di triwulan III-2020.
Perbaikan kondisi ekonomi pada triwulan III ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah yang dilakukan secara intensif dalam upaya Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN). Intervensi pemerintah dalam penanganan kesehatan telah mendorong kepercayaan yang kemudian meningkatkan aktivitas masyarakat.
"Begitu pun intervensi pemerintah melalui program-program pemulihan ekonomi yang ditujukan untuk menahan laju penurunan kinerja ekonomi, yang berhasil menggerakkan konsumsi masyarakat dan investasi swasta," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangannya, Jumat (6/11/2020).
Perbaikan ekonomi Indonesia dari sisi permintaan (demand) didukung oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 9,76% (yoy). Hal ini menggambarkan upaya pemerintah dalam menstimulasi perekonomian melalui program-program PEN.
Perbaikan juga terlihat pada sisi penawaran (supply). Terdapat sektor yang melejit tinggi setelah di triwulan sebelumnya tumbuh minus, yaitu: sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 24,28% dari -29,18% di triwulan sebelumnya, sektor akomodasi dan makanan minuman tumbuh 14,79% dibandingkan triwulan sebelumnya di posisi -22,21%, industri pengolahan tumbuh 5,25% dari posisi -6,29%, dan sektor perdagangan yang tumbuh 5,68% dari posisi -6,71% di triwulan sebelumnya.
"Sejalan dengan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial, perbaikan cukup signifikan juga dialami oleh sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi dan makanan-minuman (mamin) yang sebelumnya mengalami kontraksi terdalam, tetapi pada triwulan ini mengalami pertumbuhan antar kuartal yang tertinggi," jelas Airlangga.
Kemudian, indikasi perbaikan juga terlihat pada sejumlah indikator ekonomi seperti Purchasing Managers Index (PMI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), indeks penjualan ritel, dan surplus neraca perdagangan. Indikasi pemulihan ekonomi ini juga terlihat dari pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga menurut pengeluaran, yang juga menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan triwulan kedua.
Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,70% dari posisi -6,53% pada triwulan kedua, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 8,45% dari -9,71% di triwulan sebelumnya, dan Belanja Pemerintah tercatat naik 16,93%.
Secara spasial, lanjutnya, kinerja pertumbuhan ekonomi daerah masih sangat dipengaruhi oleh faktor kesehatan yang menyebabkan pembatasan fisik dan sosial, serta aktivitas pariwisata. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan ketiga, dibandingkan dengan triwulan kedua menunjukkan angka positif untuk seluruh provinsi.
Seperti DKI Jakarta yang tumbuh 8,38% dan berkontribusi pada PDB nasional sebesar 17,66%. Provinsi Jawa Timur tumbuh 5,89% dengan kontribusi sebesar 14,73%, Sulawesi Selatan tumbuh 8,18% dan berkontribusi 3,33%, serta Sumatera Utara yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,13% dengan kontribusi 5,13%.