'Resesi tidak Resesi, yang Penting Ekonomi Harus Tumbuh'

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
26 August 2020 15:43
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di acara  Penandatanganan perjanjian kerja sama dan nota kesepahaman untuk program penjaminan pemerintah kepada korporasi padat karya dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional (Biro KLI-Kemenkeu)
Foto:Airlangga Hartarto (Dokumentasi Biro KLI Kemenkeu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah berupaya agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 tidak menurun terlalu dalam. Seperti diketahui, pada kuartal II-2020, perekonomian tanah air minus 5,32%.

"Kita ingin mengembalikan arah dari minus 5,32% menjadi lebih baik. Berarti kurang dari minus 5,3% di kuartal III-2020," kata Airlangga saat berbincang dengan CNBC Indonesia TV dalam tayangan Squawk Box, Rabu (26/8/2020).

Menurut Airlangga, di tengah ekonomi yang sedang lesu karena pandemi Covid-19 saat ini, pemerintah tidak hanya fokus apakah Indonesia akan masuk ke jurang resesi atau tidak. Sebab yang penting adalah ekonomi Indonesia bisa terus pulih dan tumbuh.

"Situasi seperti ini, resesi atau tidak resesi itu kurang relevan. Yang relevan adalah bagaimana kita mendorong pertumbuhan supaya lebih baik lagi," kata Airlangga melanjutkan.

Menurut Ketua Umum Partai Golongan Karya, pemerintah mengupayakan agar pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini, Indonesia minimal bisa masuk dalam pertumbuhan 0% hingga 0,2%.

Oleh karena itu, realisasi anggaran pemerintah pada kuartal III-2020 menjadi penting. Dari catatan Airlangga, sudah terjadi kenaikan 25% penyerapan realisasi belanja pemerintah di bulan ini dibandingkan dengan realisasi belanja pada Juli 2020 lalu.

Aktivitas perekonomian pun sudah mulai menggeliat. Pemerintah, kata Airlangga, juga selalu memonitor proses investasi, mendorong daya beli masyarakat, terutama berupaya untuk meyakinkan masyarakat untuk mau melakukan belanja agar menumbuhkan konsumsi rumah tangga.



"Kalau dilihat di luar mall, perekonomian masyarakat mulai kembali. Kemudian melihat, dalam situasi sekarang kita punya safety factor pada sistem keuangan. [...] Kita akan mendorong agar masyarakat mulai berani untuk membelanjakan, atau melakukan perjalanan-perjalanan di dalam negeri," kata Airlangga.

Ia mencatat indikator mulai menggeliatnya ekonomi, terlihat dari beberapa sektor yang mulai menunjukkan adanya peningkatan. Misalnya saja, kata Airlangga, utilisasi industri sudah naik. Purchase Manufacturing Index secara global sudah naik, sudah bergerak pada kisaran di atas 50. Khusus di Indoneisa, di bulan Juli PMI sudah menyentuh 46,9.

Kemudian juga, penjualan kendaraan bermotor, kata Airlangga, yang tadinya minus 80% kini sudah merangkak naik menjadi minus 40%.

"Penjualan ritel juga mulai naik, indeks keyakinan konsumen juga mulai naik. Survei kayakinan berusaha juga naik. Capital market dari titik terendah di 1 April, beberapa industri kenaikannya cukup kuat seperti sektor industri kenaikan 31,85%, industri kimia 31%, agri culture 28%," ujarnya.

"Dari April hingga 14 Agusus finance meningkat 20%, mining 20%, consumer goods meningkat 18,5%, Infrastruktur 11,5%, Trade 6,7%. Jadi ini beberapa sektor diharapkan bisa jadi pengungkit awal pengembalikan ekonomi nasional," kata Airlangga.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemungkinan Resesi Besar, Airlangga Sebut PDB RI Q3 Bisa -2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular