Sri Mulyani: Isu Perubahan Iklim & Covid Itu Sama Pentingnya

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
02 November 2020 13:07
foto : Dok. ESDM
Foto: Dok. ESDM

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengungkapkan bahwa mengatasi perubahan iklim saat ini sama pentingnya dengan mengatasi pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa dunia saat ini menghadapi dua risiko yang sangat penting secara global. Risiko yang sangat besar bagi perekonomian menurutnya bukan hanya berasal dari pandemi Covid-19, tapi juga perubahan iklim.

"Sekarang kita menghadapi dua risiko yang sangat penting untuk diatasi, pertama adalah pandemi Covid-19 dan kedua adalah perubahan iklim. Tidak ada urutan prioritas, keduanya sama pentingnya," kata Sri Mulyani dalam video conference yang diselenggarakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait energi hijau dan berkelanjutan pada Senin (02/11/2020).

Sri Mulyani menambahkan, "Meski fokus kami saat ini menangani masalah risiko Covid-19, bukan berarti pemerintah Indonesia menempatkan perubahan iklim pada urutan kedua."

Pemerintah, kata Sri Mulyani, akan terus berkomitmen untuk menjalankan kebijakan dan instrumen yang dimiliki, untuk mengarahkan dan menangani masalah perubahan iklim.

Dalam konteks mengatasi perubahan iklim, pemerintah berkomitmen penuh dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan yang berkelanjutan.

Kedua hal tersebut yaitu SDGs dan perubahan iklim, menurutnya telah menjadi arus utama dalam kebijakan pemerintah. Baik dari sisi anggaran maupun perencanaan pembangunan, menurutnya kedua hal itu telah diterjemahkan ke dalam kebijakan dan berbagai instrumen fiskal.

Selain itu, komitmen Indonesia dalam perubahan iklim juga telah dituangkan melalui Paris Agreement di mana Indonesia mempunyai kontribusi untuk mengurangi emisi karbon atau CO2 sebesar 26% dengan sumber daya sendiri dan pengurangan emisi CO2 hingga 42% dengan dukungan internasional.

"Ini masih terus dilaksanakan secara konsisten," ujarnya.

Indonesia menurutnya juga memiliki harapan untuk bisa mencapai 23% atau 45 giga watt energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada 2025. Namun sayangnya, dia mengakui, sampai dengan 2019 Indonesia masih mengelola 9,15% bauran energi terbarukan dan sektor kelistrikan.

Padahal, imbuhnya, diharapkan energi terbarukan bisa menghasilkan sekitar 11% dari total listrik yang diproduksi pada 2019 lalu.

"Jadi, ini tantangan besar bagi kita untuk bisa mewujudkan bahkan 23% bauran energi terbarukan dalam energi nasional kita. Dan Indonesia bukannya kekurangan potensi," ujarnya.

"Jadi pasti ada sesuatu yang bisa kami lakukan lebih banyak. Pasti ada sesuatu yang perlu kita ubah agar dapat digunakan, dan memanfaatkan potensi yang sangat besar ini," kata Sri Mulyani melanjutkan.

Untuk diketahui, Indonesia memiliki potensi 442 giga watt energi terbarukan. Tapi saat ini, Indonesia hanya mampu menggunakan 10,4 giga watt atau baru mencakup 2,4% saja.

Kendati demikian, Sri Mulyani optimistis Indonesia bisa mewujudkan komitmen sebagai kontributor utama dalam perubahan iklim, terutama dalam mengelola energi terbarukan.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkeu Sri Mulyani Minta PLN Gunakan PMN untuk Green Energy

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular