
Heboh Boikot Produk Prancis, Negeri Macron 'Berdarah-darah'?

Kasus pelecehan terhadap umat muslim juga sempat terjadi tahun 2006 silam. Buntut karikatur Nabi Muhammad yang dilansir koran Denmark membuat marah kaum muslim di Arab Saudi.
Boikot terhadap produk-produk Denmark terus dikampanyekan. Di banyak supermarket dipasang spanduk penolakan terhadap produk-produk Denmark.
The National melaporkan, ekspor ke Arab Saudi turun 40% setelah boikot dilakukan. Sementara ekspor ke Iran turun 47% jika mengacu pada data nasional.
Ekspor ke negara muslim lain seperti Libya, Suriah, Sudan dan Yaman juga mengalami penurunan besar. Denmark pun harus menderita kerugian yang tak kecil kala itu.
Nilai kerugiannya ditaksir mencapai US$ 158,4 juta, jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2005. Perusahaan makanan, terutama yang menjual produk susu, merupakan yang terkena dampak paling parah.
Pada tahun 2006, Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis melihat ekspor Denmark ke 39 negara Islam untuk menganalisis kemungkinan efek boikot terhadap ekonomi. Dari awal tahun hingga Oktober 2005, ekspor berjumlah 11,8 miliar kroner Denmark atau setara dengan US$ 1,88 miliar.
Nilai tersebut setara dengan 2,4% dari ekspor barang Denmark, menurut Cebr dan setara dengan 0,5% dari produk domestik bruto negara itu. Lembaga pemikir tersebut mengatakan pada saat itu bahwa dalam skenario terburuk, PDB Denmark mungkin turun sebesar itu jika ekspor Denmark ke negara-negara tersebut menghilang sama sekali selama setahun.
Artinya jika menggunakan metode kalkulasi yang sama dengan PDB nominal Perancis mencapai US$ 2,8 trilun pada 2018, maka berdasarkan kalkulasi kasar saja nilai ekspor ke negara muslim berkontribusi sebesar 1,4% dari PDB Perancis. Terlepas dari dampak ke perekonomian yang diderita oleh Perancis, konflik seperti ini semakin membuat disintegrasi global yang sudah dipicu oleh adanya pandemi Covid-19.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg)[Gambas:Video CNBC]
