
Heboh Bangun Pabrik di RI, Tesla Kini Bikin Kejutan Baru

Jakarta, CNBC Indonesia - Tesla baru-baru ini sempat bikin heboh soal kabar mereka bakal membangun pabrik baterai di Indonesia. Kini, Tesla juga memberikan kejutan kepada para pemain pertambangan lithium. Perusahaan kendaraan listrik dan energi ramah lingkungan ini bakal menjadi pesaing baru di industri pertambangan lithium.
Menurut CEO Elon Musk, Tesla telah memperoleh hak atas sebidang 10.000 hektare di negara bagian Nevada, AS. Di lokasi tersebut, ia berencana untuk mengekstraksi logam menggunakan garam meja sederhana, dan akan membangun kilang lithium untuk memasok pabrik baru di Texas.
Melihat hal ini, baik orang dalam dan pengamat industri jadi skeptis, karena Tesla dapat menimbulkan ancaman persaingan yang serius bagi produsen lithium yang sudah mapan. Sebaliknya, mereka mengatakan rencana Tesla ini tidak mungkin membuahkan hasil selama bertahun-tahun.
Selain itu, langkah ini terlihat seperti dirancang untuk memberi tekanan pada industri, yang sejauh didominasi oleh lima perusahaan, untuk meningkatkan produksi lithium.
Tesla kini dikabarkan sedang berusaha untuk menekan lebih dari separuh biaya baterainya sebagai upaya menghasilkan mobil listrik seharga US$ 25.000 yang dapat bersaing dengan kendaraan bensin kelas menengah pasar massal.
Menurut analis Citigroup, untuk mencapai target produksi yang ambisius, yakni sebanyak 20 juta mobil pada tahun 2030, Tesla akan membutuhkan baterai 3 terawatt jam dalam setahun, sehingga industri lithium perlu tumbuh lebih dari delapan kali lipat hanya untuk memasok Tesla.
Konsultan energi Wood Mackenzie mengatakan US$ 50 miliar perlu diinvestasikan dalam lithium selama 15 tahun ke depan guna memenuhi permintaan baterai.
Tetapi produsen lithium telah berjuang untuk berkembang dalam menghadapi penurunan harga selama tiga tahun terakhir. Harga lithium hidroksida, jenis yang digunakan Tesla, telah turun 20% selama setahun terakhir, menurut Benchmark Mineral Intelligence.
Tanpa investasi lebih lanjut, Tesla berisiko kekurangan lithium dan menghadapi potensi lonjakan harga selama dekade berikutnya.
"Saya tidak yakin Tesla akan berhasil memasok kebutuhan lithium mereka sendiri dalam persentase tinggi," kata Joe Lowry, konsultan veteran industri litium, dikutip dari Financial Times, Rabu (21/10).
"Saya pikir mereka akan berjuang seperti orang lain yang memasuki industri ini, tidak mudah membuat bahan kimia litium berkualitas tinggi, Elon tahu itu. Apakah itu hanya tipu muslihat untuk membawa perusahaan lithium ke meja perundingan?" lanjutnya.
Sementara menurut para ahli, Tesla juga membutuhkan izin federal untuk mulai menambang di Nevada, sebuah proses yang bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk bisa berjalan menguasai industri tersebut.
Tesla dikabarkan akan membangun fasilitas pabrik baterai untuk mobil listrik di kawasan industri terpadu Batang, Jawa Tengah, Indonesia yang sedang dibangun pemerintah.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang secara terang-terangan mengakui soal rencana Tesla tersebut sedang "Ongoing discussion" dan disiapkan ke kawasan Batang.
Kabar Tesla berminat membangun pabrik baterai di Indonesia sudah merebak sejak September 2020. Bahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim pernah ditelepon oleh pihak Tesla, awal Oktober lalu. Menurut Luhut, manajemen Tesla tertarik menanamkan modal lantaran Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
"Saya ingin sampaikan lagi peminat investasi ke Indonesia banyak, tadi saya baru ditelepon dari Tesla di Amerika mereka juga berminat membangun (pabrik) baterai lithium di Indonesia," kata Luhut pada Rabu (9/9/2020) lalu.
Hingga kini, lahan yang dibutuhkan pabrik semacam Tesla di Batang belum diketahui secara pasti berapa luasnya. Namun pengelola kawasan menyiapkan lahan pada fase pertama seluas 450 Ha diharapkan siap pada Triwulan I-2021.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut Ditelepon Tesla, Sudah Sampai Mana Kelanjutannya?