
Di Tengah Badai PHK, AirAsia Disuntik Rp 3,5 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan murah AirAsia Group dapat suntikan modal 1 miliar ringgit (US$ 242 juta) atau sekitar Rp 3,5 triliunan. Uang itu merupakan pinjaman dari Pemerintah Malaysia sebagai insentif untuk menahan dampak dari pandemi virus corona.
Nikkei Asian Review menulis laporan bahwa pinjaman tersebut akan diberikan oleh sekelompok bank lokal di bawah skema pemerintah untuk membantu perusahaan menghadapi pandemi. Kucuran dana ini akan 80% dijamin oleh Kementerian Keuangan Malaysia, menurut sumber di kementerian dan maskapai yang mengetahui rencana tersebut.
"1 miliar ringgit dianggap sangat penting bagi AirAsia, untuk digunakan untuk pembayaran pinjaman jangka pendek dan mendanai modal kerja," kata salah satu sumber yang dekat dengan kementerian tersebut.
Uang tersebut bakal dicairkan bulan depan. Meski akan dapat pinjaman, AirAsia juga tetap akan memulai gelombang PHK lagi bulan depan, sumber di dalam maskapai mengatakan hal tersebut kepada Nikkei Asia.
Seperti maskapai penerbangan di seluruh dunia, AirAsia telah menerima pukulan besar dari pandemi virus corona, yang telah sangat membatasi permintaan perjalanan.
Perusahaan yang dikendalikan oleh CEO Tony Fernandes ini telah memangkas lebih dari 10% tenaga kerjanya dan berencana untuk mengurangi armada pesawatnya untuk mencoba menahan biaya.
Dalam wawancara dengan Nikkei pada bulan Juli, Fernandes mengungkapkan bahwa maskapai penerbangan tersebut perlu mengumpulkan 2 miliar ringgit dalam enam bulan ke depan untuk berada dalam posisi yang "sangat nyaman".
"Dengan 1 miliar ringgit, kami nyaman. Tapi jika kami dapat mengumpulkan 2 miliar ringgit, kami akan berada dalam posisi yang sangat nyaman," katanya kemudian.
Sumber mengatakan, pemerintah awalnya menawarkan pinjaman 500 juta ringgit tetapi menyerahkan permintaan 1 miliar ringgit. Fernandes tidak menanggapi pertanyaan dari Nikkei Asia yang meminta komentar. AirAsia mengatakan belum ada yang diumumkan saat ini dan menolak berkomentar.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Kementerian Keuangan Malaysia mengatakan menyampaikan "belum menyetujui pembiayaan atau jaminan pemerintah apa pun kepada maskapai penerbangan mana pun".
Kendati begitu, informasinya pinjaman ke AirAsia akan dicairkan oleh lembaga keuangan lokal di bawah Skema Jaminan Prihatin Danajamin 50 miliar, yang dioperasikan oleh Danajamin Nasional, yakni penjamin keuangan milik negara.
Skema tersebut diperkenalkan oleh Perdana Menteri Muhyiddin Yassin untuk memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan yang terkena pandemi virus corona. Jaminan pemerintah berlaku untuk lima tahun pertama masa pembiayaan.
Laporan media lokal mengutip Fernandes pada hari Jumat yang mengatakan bahwa maskapai telah membuat lebih dari 2.400 karyawan diberhentikan sejak perbatasan Malaysia ditutup pada Maret. Sebelum pandemi, total tenaga kerja maskapai mencapai lebih dari 20.000.
Sumber itu mengatakan, putaran berikutnya bisa melibatkan lebih dari 400 karyawan, mirip dengan gelombang terakhir pemangkasan yang berakhir pekan lalu.
"Putaran terakhir adalah awak kabin dan pilot. Kali ini akan melibatkan semua divisi," kata salah satu sumber.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Kapal Wajib Daftarkan Asuransi ABK, Beri Jaminan PHK!