Todong Pajak 0%, Pabrik Mobil Ramal Nasib Ngeri Otomotif RI

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
13 October 2020 15:20
Mobil ekspor di pelabuhan IPCC, Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Mobil ekspor di pelabuhan IPCC, Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri otomotif dalam negeri mendapat ancaman dari eksodusnya para pemain besar otomotif ke luar negeri. Penyebabnya karena di masa normal sekalipun, utilitas produksi pabrikan mobil Indonesia masih terbilang sangat rendah. Sehingga perlu ada insentif yang bisa merangsang pasar seperti pajak 0% yang sudah disampaikan usulannya ke Kemenkeu.

"Selama ini dalam keadaan normal pun, utilisasi produksi relatif rendah, cuma 56%. Kapasitas 2,4 juta tapi kan kita produksi 1,3 juta. Itu 90-100 ribu/bulan," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/10).

Memasuki masa pandemi, produksi mobil di Indonesia semakin hancur-hancuran, bahkan produksi dan penjualannya lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Hal ini terlihat jelas kala Bulan Juni lalu, dimana data dari ASEAN Automotive Federation menunjukkan Thailand membukukan angka penjualan sebanyak 58.049 unit. Di bawahnya ada Malaysia dengan 44.695 unit, kemudian Vietnam 24.002 unit serta Filipina 15.578 unit. Indonesia hanya ada di peringkat 5 dengan angka 12.632 unit.

"Sekarang turun di bawah itu. Kalau terus-terusan seperti ini, nggak efisien produksinya, mereka bisa berpikir, memperbesar di Thailand, Vietnam kemudian suplai ke Indonesia. Kita hanya jadi pasar. Itu yang nggak kita inginkan. Apalagi Vietnam juga lagi bangkit," kata Kukuh.

Hal tersebut bukan tidak mungkin terjadi jika penyerapan mobil di dalam Indonesia masih sangat rendah. Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan penjualan coba terus dilakukan. Meski memang tidak mudah, apalagi ada regulasi yang memudahkan transaksi penjualan antara negara Asean.

"Thailand produksi 2 jutaan (per tahun), Kita produksi 1,3 jutaan (per tahun). Padahal pasar kita gede. Ya sudah perbesar di Thailand, kirim ke Indonesia. Mobil CBU (Completely Built Up) kan 0% selama ada FTA (Free Trade Agreement) se-ASEAN. Asal kandungan ASEAN content 40%. Itu kan nggak masalah. Dan itu ancamannya," sebut Kukuh.

Salah satu cara untuk meyakinkan produksi otomotif dalam negeri kembali bergeliat adalah dengan memacu masyarakat agar membeli mobil. Sayangnya, hingga kini masyarakat lebih cenderung membeli menahan pembelian karena ada isu relaksasi pajak mobil 0%.

"Kita mengharapkan segera ada keputusan. Karena bukan soal menyelamati penjualan ini. Tapi sistem industrinya, dimana vendor banyak yang bermain," jelas Kukuh.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah! Penjualan Mobil Februari Jeblok Gegara Pajak 0%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular