Hmmm, Kapan Ya Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5% Lagi?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 October 2020 12:08
Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Resesi Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi global diperkirakan bangkit tahun depan dengan ekonomi Asia yang memimpin pertumbuhan. Namun untuk tahun ini perekonomian global memang tidak bisa diharapkan.

Dalam laporan terbarunya yang bertajuk Asia Monthly Outlook September 2020, Fitch Solutions memperkirakan ekonomi global akan terkontraksi 4% dibanding tahun sebelumnya. Ekonomi negara-negara maju diproyeksikan anjlok hampir 6%, sementara untuk negara berkembang drop di angka 2%.

Meski mengalami kontraksi, ekonomi Asia terutama untuk negara berkembangnya masih akan menjadi 'pemimpin' klasemen untuk tahun ini dan tahun depan dari sisi pertumbuhan output perekonomiannya.

Menurut proyeksi Fitch Solutions, ekonomi Asia bakal terkontraksi 1,6% tahun ini sebelum melaju dengan kecepatan 4,9% tahun 2021. Semua negara di kawasan Benua Kuning akan mengalami kontraksi tahun ini kecuali China & Vietnam.

Kedua negara tersebut diperkirakan masih akan tumbuh di zona positif tahun ini dan terhindar dari resesi, meski laju pertumbuhannya mengalami perlambatan yang juga signifikan.

Tahun ini PDB China diramal masih bisa tumbuh dengan laju 2,2% dan kurva pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu mengikuti pola 'V-shaped'. Pertumbuhan produksi industri mulai tampak kembali ke kisaran normal akibat melonjaknya ekspor.

Hal ini kemungkinan besar akan membuat bank sentral China (PBoC) menjadi kurang agresif lagi dalam melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Fokus otoritas moneter China akan bergeser dari pertumbuhan ekonomi ke stabilitas keuangan. Namun kebijakan dan stance bank sentralnya akan tetap akomodatif.

Beralih ke Vietnam, negara ini ekonominya diramalkan masih bisa tumbuh di angka 2,95% tahun ini, jauh melambat dari 7% di tahun lalu. Namun untuk tahun depan Fitch Solutions optimis Vietnam bakal tumbuh 8,2%. Ekonomi Vietnam juga diperkirakan bakal melaju kencang untuk jangka menengah.

Poin yang disorot Fitch Solution dari Vietnam adalah keunggulannya dalam menarik masuk investasi asing seiring dengan maraknya fenomena relokasi pabrik dari China. Selain itu dengan adanya kerja sama perdagangan bebas antara Vietnam dengan Uni Eropa juga diperkirakan bakal mendongkrak industri manufakturnya.

Jika China dan Vietnam berhasil lolos dari jurang resesi, maka bagaimana nasib Indonesia?

Menurut Fitch Solutions, Indonesia tak ubahnya negara lain yang juga mengalami kontraksi ekonomi tahun ini. Output perekonomian Indonesia diramal menyusut 1,33% tahun ini sebelum naik ke 3,3% pada 2021. 

Jika melihat dari besaran kontraksinya, Indonesia masih tergolong mending. Tidak berada di klasemen atas maupun bawah, artinya berada di tengah. Namun sedihnya, Fitch Solutions melihat untuk jangka menegah pertumbuhan ekonomi RI bakal lebih rendah dari tren sebelumnya di atas 5%. 

Dalam laporannya tersebut Fitch juga menyoroti defisit anggaran yang bengkak sampai 6,3% PDB tahun ini, kebijakan bank sentral yang ikut menambal defisit anggaran untuk jangka lebih panjang seiring dengan upaya pemerintah untuk mensejajarkan kebijakan fiskal dan moneter hingga lebih dekat. 

Indonesia masuk jurang resesi pada 2020 bukan lagi isapan jempol. Tidak hanya Fitch Solutions saja yang meramal. Mayoritas lembaga riset, perbankan global dan domestik hingga para pemangku kebijakan di tataran pemerintah pun mengamininya. 

Berbagai indikator berupa rilis data perekonomian terbaru juga sudah cukup mengkonfirmasi bahwa kuartal ketiga ekonomi Indonesia masih berada di zona negatif.

Deflasi tiga bulan beruntun, pemulihan penjualan barang-barang tahan lama (mobil dan motor) yang masih terkontraksi, pertumbuhan penjualan ritel yang masih di zona kontraksi, sentimen konsumen yang belum pulih, lesunya aktivitas manufaktur hingga ekspor dan impor yang masih tertekan sudah jadi bukti nyata.

Kontraksi dua kuartal berturut-turut baik secara kuartalan maupun tahunan ini jadi tanda bahwa ekonomi RI mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak 20 tahun terakhir. 

Lantas ke depan bagaimana nasib Indonesia?

Memang ada harapan bahwa ekonomi Tanah Air akan rebound pada 2021. Namun ada banyak faktor juga yang harus dipertimbangkan. Risiko ketidakpastian masih tetap tinggi baik yang sifatnya dari luar maupun dari dalam.

Dari sisi eksternal faktor pemilu AS, tensi geopolitik Washington-Beijing serta perkembangan pandemi Covid-19 masih jadi penghambat ekonomi RI untuk melaju kencang. Dari dalam negeri pun sama. 

Kurangnya kebijakan yang efektif untuk membendung wabah Covid-19 membuat Indonesia dipandang buruk oleh publik global dalam penanganan bencana kesehatan ini. Kasus terus melonjak dan kini RI tercatat sudah memiliki lebih dari 300 ribu kasus infeksi secara kumulatif.

Ke depan, kasus kemungkinan masih akan terus bertambah. Apalagi belakangan ini aksi gelombang demonstrasi masal di yang berakhir ricuh meletus di mana-mana menolak keras pengesahan UU Cipta Kerja. 

Ketika pasar dan investor menyambut baik disahkannya UU tersebut sebagai bentuk kepastian hukum bagi mereka para pemilik modal, pihak buruh justru merasa dirugikan atas kebijakan tersebut. 

Mereka yang turun ke jalan tak hanya berasal dari elemen buruh saja tetapi juga mahasiswa memprotes UU tersebut. Hal ini tentu menjadi ancaman yang serius bagi pemulihan ekonomi Indonesia ke depan lantaran konsekuensinya akan merembet ke stabilitas politik, masalah kesehatan hingga kerugian ekonomi dan sosial yang besar.

Jika tidak ada pendekatan yang solutif dari pihak regulator sehingga konflik akan terus tereskalasi, maka ekonomi RI masih akan susah untuk bangkit dari mimpi buruknya. Hmmm....

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular