Tak Seperti RI, Dua Negara Komunis Ini Anti Resesi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 September 2020 07:36
Wuhan Pool Party (Tangkapan Layar Youtube)
Foto: Wuhan Pool Party (Tangkapan Layar Youtube)

Di tengah lautan resesi dan kontraksi ekonomi, ternyata masih ada negara yang bertahan dengan pertumbuhan ekonomi positif. Memang melambat, tetapi setidaknya belum sampai masuk zona negatif.

China dan Vietnam adalah dua negara tersebut. Pada kuartal I-2020, ekonomi China memang terkontraksi -6,8%. Namun pada kuartal berikutnya, saat negara-negara lain sedang parah-parahnya, PDB China tumbuh 3,2%.

Vietnam lebih oke lagi. Pada kuartal I-2020, PDB Negeri Paman Ho tumbuh 3,68% dan pada kuartal berikutnya masih tumbuh 0,39%. Untuk kuartal III-2020, pembacaan awal terhadap pertumbuhan ekonomi Vietnam menunjukkan angka 2,62%. Tidak pernah negatif, luar biasa.

Apa yang membuat dua negara yang menganut ideologi komunis ini bisa kebal terhadap resesi sementara negara lain yang mengaku demokratis malah 'berdarah-darah'? Ternyata kuncinya adalah kecepatan dan ketepatan dalam antisipasi.

Seperti yang sudah disinggung di atas, virus corona awalnya menyebar di China. Negara tersebut adalah yang paling awal memberlakukan social distancing, bahkan sampai ke tingkat karantina wilayah (lockdown).

Warga benar-benar tidak boleh keluar rumah, kecuali untuk urusan mendesak. Aparat keamanan menyediakan kebutuhan sehari-hari dari rumah ke rumah agar tidak ada yang merasa perlu bepergian.

Lockdown paling ketat berlangsung di Provinsi Hubei, utamanya Kota Wuhan, yang menjadi ground zero penyebaran virus corona.

"Tiga bulan lamanya Wuhan di-lockdown. Juga seluruh Provinsi Hubei. Dan praktis seluruh Tiongkok.

"Tiga bulan lamanya lockdown diberlakukan. Sangat drastis. Ketat. Kejam. Manusia dibuat sangat menderita. Sangat terkekang," tulis Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN, dalam artikel berjudul Bebas Wuhan di laman disway.com yang terbit pada 27 Maret.

Lockdown di Provinsi Hubei dimulai pada 23 Januari alias pada kuartal I. Lockdown berlangsung selama 76 hari, baru dilonggarkan pada 8 April. Ini yang membuat ekonomi China jadi minus pada kuartal I.

Namun pada kuartal II, saat negara-negara lain sedang getol menerapkan social distancing, China boleh dikata sudah 'bebas'. Roda aktivitas masyarakat sudah bergulir kembali, meski masih dibatasi protokol kesehatan. Hasilnya, ekonomi Negeri Tirai Bambu bisa tumbuh positif pada periode April-Juni.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular