
Tak Seperti RI, Dua Negara Komunis Ini Anti Resesi!

Untuk meredam penyebaran virus corona, berbagai negara mengedepankan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Sebisa mungkin manusia dibuat berjarak antara satu dengan yang lain, agar risiko penularan virus bisa diminimalkan.
Di Indonesia, kebijakan ini diterjemahkan dalam bentuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Aktivitas masyarakat dibatasi untuk sementara agar mengurangi risiko penyebaran virus corona.
Pembatasan kegiatan masyarakat ini yang kemudian membuat pandemi virus corona menjadi problema sosial ekonomi. Saat masyarakat diminta sebisa mungkin untuk #dirumahaja, maka aktivitas produksi akan terhambat. Permintaan konsumen pun berkurang, karena apa yang mau dibeli kalau ngendon di rumah?
Virus corona telah memukul ekonomi di dua sisi sekaligus, penawaran (supply) dan permintaan (demand). Hasilnya, ekonomi Indonesia menciut.
Ukuran ekonomi yang dicerminkan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2020 turun 5,32%. Kuartal III-2020 memang belum berakhir, tinggal hitungan hari. Namun kemungkinan besar kontraksi (pertumbuhan negatif) ekonomi akan kembali terjadi.
Jadi, Indonesia sedang di ambang kontraksi PDB selama dua kuartal beruntun. Ini adalah definisi dari resesi, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak 1999.
Namun Indonesia tidak sendiri. Berdasarkan catatan Trading Economics, sudah ada 46 negara yang mengidap resesi.
