
Pantesan Sri Mulyani Ramal RI Resesi, Ini Tho Sebabnya...

Ternyata tidak hanya dunia usaha, rumah tangga alias konsumen juga 'tiarap'. Ini terlihat dari penerimaan PPN yang anjlok.
PPN menggambarkan transaksi di perekonomian. Ketika setoran PPN berkurang, itu tandanya aktivitas transaksi alias jual-beli sedang sepi. Terjadi kelesuan, konsumen mengurangi belanja.
Pada Januari-Agustus 2020, penerimaan PPN (dan Pajak Penjualan untuk Barang Mewah/PPnBM) adalah Rp 255,4 triliun. Turun 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Data lainnya memberi konfirmasi bahwa rumah tangga sedang menahan belanja. Bank Indonesia (BI) dalam Survei Konsumen mencatat, per Agustus 2020 konsumen Indonesia mengalokasikan 67,35% pendapatan untuk konsumsi. Memang masih dominan, tetapi angka tersebut adalah yang terendah sejak Januari 2019.
Lebih mengerikan lagi, adalah masyarakat kelas menengah yang mengurangi konsumsi. Porsi pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi di kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp 4,1-5 juta per bulan (yang masuk kategori kelas menengah) pada Agustus 2020 adalah 64,82%. Angka ini di bawah kelompok pendapatan lainnya sekaligus menjadi yang terendah sejak Januari 2019.
Penerimaan PPh dan PPN yang ambrol memberi gambaran bahwa dunia usaha dan rumah tangga belum ekspansif. Oleh karena itu, tidak heran Sri Mulyani dan sejawat akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa Indonesia bakal mengalami resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)