Internasional

Thailand Membara 'Dibakar' Demo, Masihkah Primadona Investor?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 September 2020 08:00
Jack Ma
Foto: REUTERS/Jorge Silva

Belakangan Thailand memang terus berbenah diri untuk mendatangkan investasi asing guna mendorong perekonomiannya.

Melansir ASEAN Briefing langkah yang dilakukan Thailand untuk menarik investor adalah dengan melakukan amandemen Undang-Undang Promosi Investasi (Investment Promotion Act B.E.2520 1997) menjadi Investment Promotion Act B.E 2560 (2017). 

Undang-undang baru memperluas cakupan insentif - baik pajak maupun non-pajak, yang ditawarkan kepada investor asing. Misalnya, pembebasan bea masuk yang sebelumnya hanya sebatas bahan yang digunakan untuk manufaktur untuk re-ekspor kini telah direvisi dengan memasukkan bahan yang diimpor untuk digunakan di dalam negeri dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.

Pemerintah juga mengumumkan Undang-Undang Peningkatan Daya Saing Nasional yang baru untuk Industri Target, B.E. 2560 - sebagai bagian dari strategi promosi investasi jangka panjang Thailand, Thailand 4.0 dan agenda nasional negara tersebut.

Undang-undang baru tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri sesuai dengan kemampuan Thailand. Investasi asing akan didorong di industri tertentu yang baru, menggunakan teknologi baru atau produksi lanjutan yang akan membawa perkembangan dan mendorong inovasi.

Sebagian besar insentif sama dengan insentif BOI yang ada, kecuali bahwa Undang-Undang yang baru juga menawarkan pembebasan pajak penghasilan badan hingga 15 tahun dan subsidi untuk proyek yang dipromosikan.

Seperti negara-negara ASEAN lain, Thailand juga ikut menawarkan berbagai insentif fiskal yang modelnya seperti tax holiday, hingga tax allowance. Menurut OECD, besaran pajak yang dikenakan oleh pemerintah berbanding terbalik dengan intensitas investasi.

Dari segi pajak, Thailand termasuk negara kawasan Asia Tenggara yang menerapkan pajak korporasi yang terbilang rendah. Bahkan lebih rendah dibandingkan Malaysia, Indonesia dan Filipina.

 

Selain itu, pemerintah mengumumkan investasi dalam beberapa mega proyek infrastruktur termasuk peningkatan jalur kereta api dan bandara, kereta api berkecepatan tinggi, jalan raya dan Koridor Ekonomi Timur (EEC) sebagai bagian dari upayanya untuk menjadikan Thailand sebagai salah satu destinasi investasi yang paling disukai di Asia.

Proyek senilai US$ 45 miliar EEC mengacu pada zona ekonomi khusus yang mencakup lebih dari 48 juta meter persegi di tiga provinsi timur Chonburi, Rayong dan Chachoengsao.

Lebih lanjut, pemerintah telah menekankan untuk menarik investasi di enam sektor yang telah ditetapkan sebagai kunci tujuan pembangunan negara. Enam industri sasaran tersebut meliputi pertanian dan agroindustri, energi alternatif, otomotif, elektronik, dan teknologi komunikasi informasi (TIK), fashion, dan layanan bernilai tambah termasuk hiburan, perawatan kesehatan, dan pariwisata.

Faktor lain yang juga menjadi daya tarik Thailand adalah biaya atau gaji pekerja di sektor manufaktur yang relatif rendah dan kompeten serta produktivitas tinggi. ASEAN Briefing melaporkan total factor productivity (TPF) Thailand tumbuh di angka 0,6% tahun lalu.

Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata negara ASEAN yang hanya berada di angka nol persen, alias tidak tumbuh. Mayoritas pertumbuhan ekonomi Thailand dilaporkan berasal dari peningkatan produktivitas tenaga kerjanya.

Itulah beberapa hal yang membuat Thailand menjadi menarik di mata investor. Namun dengan gejolak politik yang tengah terjadi, ada kemungkinan investor terutama asing cenderung wait & see atau bahkan yang terburuk malah melirik tempat yang lain.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular