Corona Bikin Penumpang Kereta Anjlok 68%

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
21 September 2020 18:45
CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Pamdemi Covid-19 membuat sektor transportasi terpukul, termasuk di perkeretaapian. Sejak Maret 2020, berbagai pembatasan dilakukan pemerintah untuk menghambat penyebaran Covid-19 melalui pergerakan manusia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian, mencatat bahwa pengendalian sosial telah berdampak pada turunnya volume penumpang angkutan perkeretaapian sebesar 68% dari kondisi normal sebelum pandemi. Dengan kondisi itu, Kepala Balitbanghub Umiyatun Hayati Triastuti menilai perlu berbagai masukan terkait strategi pemulihan bisnis di sektor transportasi ini.

"Merespons permasalahan terkait pemulihan pada usaha angkutan darat saat dan pasca pandemi Covid-19, Balitbanghub melalui Pusat Penelitian Transportasi Jalan dan Perkeretaapian menjalankan fungsinya dalam meneliti rumusan upaya-upaya pengendalian dampak pandemi di sektor transportasi Jalan dan Perkeretaapian," ujar Hayati, dalam webinar, Senin (21/9/20).

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Perhubungan, jumlah bus dan jumlah penumpang pada angkutan jalan mengalami penurunan drastis. Hal yang sama juga terjadi pada angkutan Kereta Api, jumlah perjalanan Kereta Api menurun, hal ini imbas adanya pembatasan pasca terjadinya pandemi pada bulan Maret-April. Upaya pemulihan dilakukan dengan strategi yang dirumuskan atas kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Pengendalian aktivitas masyarakat pada saat pandemi Covid -19 berdampak signifikan pada kelangsungan bisnis angkutan jalan dan perkeretaapian , untuk itu diperlukan strategi pemulihan bisnis angkutan jalan dan perkeretaapian dengan paradigma humanitarian transport agar bisnis angkutan orang pada transportasi jalan dan kereta api tetap berlangsung dengan baik," tuturnya.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Djoko Sasono menambahkan bahwa terjadinya penurunan demand untuk menggunakan transportasi publik disebabkan adanya kekhawatiran di masyarakat terkait penyebaran covid-19 di transportasi publik.

"Ini menjadi tantangan bagi kami untuk mengembalikan kepercayaan publik," katanya.

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kennedy menambahkan, terdapat sejumlah strategi pemulihan pasca pandemi. Di antaranya akselerasi investasi, penguatan sistem ketahanan nasional, pemulihan industri, pemulihan pariwisata, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), serta pembangunan infrastruktur.

"Perlu inovasi dan sinergi antar moda, integrasi sektor transportasi dan pariwisata, meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi agar mempermudah komunikasi dalam pelaksanaan transportasi, serta meningkatkan penerapan protokol kesehatan pada sektor transportasi," bebernya.

Dari kajian yang dilakukan oleh Ahli Ekonomi UGM, Hengki Purwoto, disebutkan bahwa pemulihan bisnis perkeretaapian dapat diarahkan mengadopsi Blue Ocean Strategy (BOS) untuk menciptakan fitur layanan baru dalam menangkap potensi yang dimiliki. Inovasi di sektor perkeretaapian merupakan hal penting sehingga dapat menciptakan ruang pasar baru yang diperkirakan sebesar 70% dari saat ini.

"Selain itu penerapan layanan dengan konsep adaptasi kebiasaan baru juga berpotensi menarik masyarakat untuk menggunakan moda kereta api," lanjutnya.

Adapun dari kajian Ahli Transportasi UGM, Agus Taufik Mulyono, terdapat berbagai pilihan kebijakan pengelolaan yang telah disusun oleh UGM, yaitu Strategis, Taktis, dan Operasional (STO). Strategis adalah kebijakan makro, yang menjadikan angkutan kereta api sebagai bagian dari humanitarian transportation.

"Taktis adalah bagaimana alokasi sumber daya untuk mewujudkan kereta api sebagai bagian dari humanitarian transportation. Sedangkan Operasional adalah membangun organisasi dan manajemen di tingkat operasi dan di tingkat individu," katanya.

Di sisi lain, rekomendasi kebijakan yang diberikan oleh Ahli Transportasi ITB, Ibnu Syabri, adalah dengan memberikan subsidi bahan bakar khusus untuk angkutan umum pada masa pandemi yang bertujuan untuk meningkatkan pengusaha dan agar pengemudi angkutan umum dapat bertahan memenuhi biaya operasional harian.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Mudik ke Garut Kini Bebas Macet, 6 Jam dengan Kereta!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular