
Napas Pengusaha Sudah 'Senin-Kamis', Waspada Tsunami PHK!

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha. Hasilnya, dunia usaha di Tanah Air pun mengalami hal yang sama dengan negara-negara lain.
Dari 34.559 unit usaha yang disurvei, nyaris 83% mengaku mengalami penurunan pendapatan. Artinya, delapan dari 10 perusahaan boncos selama masa pandemi. Luar biasa...
Sedihnya lagi, Unit Usaha Kecil (UMK) ternyata lebih terpukul ketimbang yang pengusaha besar. Sebanyak 84,2% pelaku UMK mengaku mengalami penurunan pendapatan, sementara di Unit Usaha Besar (UMB) adalah 92,29%.
Berdasarkan sektor usaha, adalah akomodasi dan makan-minum yang paling terdampak pandemi virus corona. Saat warga terpaksa #dirumahaja, otomatis industri ini memang yang terpukul paling duluan. Apalagi kemudian restoran dilarang melayani pengunjung untuk makan-minum di tempat.
Tekanan pendapatan membuat hampir 9% responden menyatakan terpaksa berhenti beroperasi. Sementara lebih dari 24% mengaku beroperasi dengan pengurangan kapasitas, baik itu jam kerja, penggunaan mesin, sampai tenaga kerja.
Survei BPS menyebutkan, PHK belum menjadi pilihan utama dunia usaha dalam menghadapi pandemi virus corona. Namun, tetap ada pengurangan meski dengan jalan merumahkan (furlough). Karyawan sementara tidak dipekerjakan tanpa dibayar, tetapi kemudian bisa dipanggil kembali saat situasi membaik.
"Optimisme bahwa pandemi akan segera berakhir cenderung membuat perusahaan tidak mengambil keputusan PHK permanen. Memberhentikan pekerja dalam waktu singkat adalah pilihan yang relatif lebih baik," sebut laporan BPS.
Sektor industri pengolahan menjadi yang paling banyak merumahkan karyawan (18,69%). Disusul oleh konstruksi (18,59%), serta akomodasi dan makan-minum (17,63).
Cara yang paling banyak ditempuh untuk menghindari PHK adalah dengan mengurangi jam kerja. Hampir 33% responden menyebut pengurangan jam kerja adalah cara yang diambil untuk tetap mempertahankan karyawan di tengah terpaan wabah virus corona.
Apabila situasi tidak kunjung membaik, maka lama-lama 'napas' dunia usaha akan habis juga. Sekitar 19% responden memperkirakan hanya mampu bertahan maksimal tiga bulan.
Sementara lebih dari 55% responden mengatakan tidak tahu seberapa lama mereka bisa bertahan. Pandemi virus corona memang penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu hari esok akan sepeti apa.
"Sampai awal semester II 2020, kondisi pandemi masih belum menunjukkan kapan akan berakhir. Kembali pulihnya operasional perusahaan seperti pada masa sebelum Covid-19 belum dapat dipastikan," sebut laporan BPS.
Saat ini mungkin PHK belum menjadi pilihan dunia usaha. Namun kalau situasi tidak kunjung membaik, apalagi kalau semakin parah, maka sangat mungkin gelombang PHK bakal terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]