Per 15 September 2020, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia adalah 29.155.581 orang. Bertambah 233.014 orang (0,81%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (2-15 September), rata-rata pasien baru bertambah 270.427 orang per hari. Naik dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 256.001 orang.
Sementara korban jiwa akibat virus ini mencapai 926.544 orang. Bertambah 4.245 orang (0,46%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, jumlah mereka yang tutup usia gara-gara serangan virus corona rata-rata bertambah 5.567 orang per hari. Naik dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 5.515 orang per hari.
Oleh karena itu, ada kecenderungan pemerintah di berbagai negara kembali memperketat pembatasan sosial (social distancing). Ini dilakukan untuk membatasi interaksi dan kontak antar-manusia, agar virus corona tidak mudah menyebar.
Di Inggris, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson mulai pekan ini melarang warga berkumpul lebih dari enam orang. Bagi yang melanggar, akan dikenakan sanksi denda GBP 100 atau hampir Rp 2 juta dengan kurs saat ini.
"Pengorbanan ini sangat penting untuk mengontrol penyebaran virus. Namun saya berjanji, kebijakan ini tidak akan diterapkan lebih lama dari yang kami perkirakan," kata Matt Hancock, Menteri Kesehatan Inggris, seperti dikutip dari BBC.
 BBC |
Demikian pula di Jakarta. Ibu Kota Indonesia mulai pekan ini memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat. Misalnya, pegawai pemerintahan yang boleh bekerja di kantor dibatasi 25% dari awalnya 50%.Kemudian tempat yang semula boleh dibuka dengan kapasitas maksimal 50% kini ditutup lagi, seperti taman dan tempat hiburan.
Lalu dalam hal mobilitas warga, mobil pribadi hanya boleh mengangkut maksimal dua orang per baris, kecuali bila berdomisili di alamat yang sama. Berubah dibandingkan saat PSBB transisi yang pokoknya 50%. Sedangkan kapasitas transportasi umum di darat dibatasi maksimal 50%, lebih sedikit dibandingkan sebelumnya yaitu 70%.
Pemerintah juga akan lebih tegas dalam menindak pelanggar PSBB. Mereka yang kedapatan tidak menggunakan masker di ruang publik akan didenda Rp 250.000. Denda akan bersifat progresif, semakin tinggi jika semakin sering dilanggar.
 Presentasi Gubernur DKI Anies Baswedan |
Social distancing yang kembali diperketat membuat roda ekonomi sulit berputar kencang. Produksi terhambat karena penerapan protokol kesehatan yang ketat, permintaan pun anjlok karena apa yang mau dibeli kalau masyarakat ngendon di rumah?
Akibatnya, dunia usaha harus putar otak untuk bertahan hidup. Harus ada efisiensi, dan salah satu langkah yang ditempuh adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Tingkat pengangguran di sejumlah negara yang sempat turun kini mulai naik lagi. Di Inggris, tingkat pengangguran pada Juli tercatat 4,1%, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%. Angka 4,1% adalah yang tertinggi sejak 2018.
Komisi Ekonomi dan Keuangan Uni Eropa memperkirakan tingkat pengangguran Inggris tahun ini bisa menyentuh 6,8%. Kalau terwujud, maka akan menjadi yang tertinggi sejak 2013.
Besok, Australia akan mengumumkan tingkat pengangguran periode Agustus. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan tingkat pengangguran Negeri Kanguru akan berada di 7,7%. Naik dibandingkan Juli yang sebesar 7,5%.
Bagaimana dengan di Indonesia? Apakah dunia usaha juga kesulitan dalam mempertahankan lapangan kerja?
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha. Hasilnya, dunia usaha di Tanah Air pun mengalami hal yang sama dengan negara-negara lain.
Dari 34.559 unit usaha yang disurvei, nyaris 83% mengaku mengalami penurunan pendapatan. Artinya, delapan dari 10 perusahaan boncos selama masa pandemi. Luar biasa...
Sedihnya lagi, Unit Usaha Kecil (UMK) ternyata lebih terpukul ketimbang yang pengusaha besar. Sebanyak 84,2% pelaku UMK mengaku mengalami penurunan pendapatan, sementara di Unit Usaha Besar (UMB) adalah 92,29%.
Berdasarkan sektor usaha, adalah akomodasi dan makan-minum yang paling terdampak pandemi virus corona. Saat warga terpaksa #dirumahaja, otomatis industri ini memang yang terpukul paling duluan. Apalagi kemudian restoran dilarang melayani pengunjung untuk makan-minum di tempat.
Tekanan pendapatan membuat hampir 9% responden menyatakan terpaksa berhenti beroperasi. Sementara lebih dari 24% mengaku beroperasi dengan pengurangan kapasitas, baik itu jam kerja, penggunaan mesin, sampai tenaga kerja.
Survei BPS menyebutkan, PHK belum menjadi pilihan utama dunia usaha dalam menghadapi pandemi virus corona. Namun, tetap ada pengurangan meski dengan jalan merumahkan (furlough). Karyawan sementara tidak dipekerjakan tanpa dibayar, tetapi kemudian bisa dipanggil kembali saat situasi membaik.
"Optimisme bahwa pandemi akan segera berakhir cenderung membuat perusahaan tidak mengambil keputusan PHK permanen. Memberhentikan pekerja dalam waktu singkat adalah pilihan yang relatif lebih baik," sebut laporan BPS.
Sektor industri pengolahan menjadi yang paling banyak merumahkan karyawan (18,69%). Disusul oleh konstruksi (18,59%), serta akomodasi dan makan-minum (17,63).
Cara yang paling banyak ditempuh untuk menghindari PHK adalah dengan mengurangi jam kerja. Hampir 33% responden menyebut pengurangan jam kerja adalah cara yang diambil untuk tetap mempertahankan karyawan di tengah terpaan wabah virus corona.
Apabila situasi tidak kunjung membaik, maka lama-lama 'napas' dunia usaha akan habis juga. Sekitar 19% responden memperkirakan hanya mampu bertahan maksimal tiga bulan.
Sementara lebih dari 55% responden mengatakan tidak tahu seberapa lama mereka bisa bertahan. Pandemi virus corona memang penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu hari esok akan sepeti apa.
"Sampai awal semester II 2020, kondisi pandemi masih belum menunjukkan kapan akan berakhir. Kembali pulihnya operasional perusahaan seperti pada masa sebelum Covid-19 belum dapat dipastikan," sebut laporan BPS.
Saat ini mungkin PHK belum menjadi pilihan dunia usaha. Namun kalau situasi tidak kunjung membaik, apalagi kalau semakin parah, maka sangat mungkin gelombang PHK bakal terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA