INTERNASIONAL

Pembantaian Rohingya, Myanmar Bunuh Semua Anak & Orang Dewasa

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
10 September 2020 14:27
Pengungsi Rohingya di Perairan Aceh Utara. AP/Zik Maulana
Foto: Pengungsi Rohingya di Perairan Aceh Utara. AP/Zik Maulana

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemberitaan mengejutkan dimuat The New York Post. Media itu membuat pengakuan dua tentara Myanmar terkait pembantaian etnis Rohingya.

Keduanya mengakui ada eksekusi perintah eksekusi massal, penguburan dan pemerkosaan terhadap etnis itu. Bahkan ini diberikan langsung oleh pejabat militer di Agustus 2017.

"Tembak semua yang kau lihat dan yang dengar," kata Myo Win Tun, salah satu dari dua tentara itu sebagaimana dimuat dalam video yang didapat media AS tersebut.

Ia sendiri mengatakan dirinya ikut dalam satu operasi yang membantai 30 orang Muslim Rohingnya. Meski tak disebutkan lokasi persis, tentara membuat kuburan massal di dekat pangkalan militer.

"Kami tanpa pandang bulu menembak semua orang," katanya dengan suara monoton.

"Menembak pria Muslim di dahi dan menendang mayatnya ke dalam lubang."

Hal yang sama diakui Zaw Naing Tun. Arahan yang sama juga diterima batalionnya.

"Bunuh semua yang kamu lihat, apakah anak-anak atau orang dewasa," katanya.

Ia yang seorang mantan biksu itu mengatakan telah membunuh 80 Rohingya bersama batalionnya. Ada 20 desa yang dihancurkan di Maungdaw di antaranya Doe Tan, Ngan Chaung, Kyet Yoe Pyin, Zin Paing Nyar dan U Shey Kya.

Ethnic Rohingya people rest after the boat carrying them landed in Lhokseumawe, Aceh province, Indonesia, early Monday, Sept. 7, 2020. Almost 300 Rohingya Muslims were found on a beach in Indonesia's Aceh province Monday and were evacuated by military, police and Red Cross volunteers, authorities said. (AP Photo/Rahmat Mirza)Foto: Pengungsi Rohingya di pantai Lhokseumawe, Aceh (AP Photo/Rahmat Mirza)
Ethnic Rohingya people rest after the boat carrying them landed in Lhokseumawe, Aceh province, Indonesia, early Monday, Sept. 7, 2020. Almost 300 Rohingya Muslims were found on a beach in Indonesia's Aceh province Monday and were evacuated by military, police and Red Cross volunteers, authorities said. (AP Photo/Rahmat Mirza)




Pengakuan tersebut adalah pertama kalinya yang berasal dari mulut Tatmadaw, tentara militer Myanmar. Selama ini pengakuan adanya pembantaian selalu datang dari korban.

Pengakuan ini direkam Tentara Arakan yang merupakan milisi etnis Rohingya, yang melawan tentara pemerintah. Keduanya melarikan diri dari Myanmar dan kini berada di Den Hagg.

Video tersebut beredar dalam pengadilan International Criminal Court (ICC/ Mahkamah Pidana Internasional), Senin (7/9/2020) lalu. Krisis Rohingya telah meletus sejak 2016 dan mencapai puncak di 2017 saat 87 ribu orang mengungsi ke Bangladesh guna menyelamatkan diri.

"Ini adalah momen monumental bagi Rohingya dan rakyat Myanmar untuk perjuangan memperoleh keadilan," kata kepala eksekutif di Fortify Rights, sebuah organisasi pengawas hak asasi manusia, Matthew Smith.

Ethnic Rohingya people rest after the boat carrying them landed in Lhokseumawe, Aceh province, Indonesia, early Monday, Sept. 7, 2020. Almost 300 Rohingya Muslims were found on a beach in Indonesia's Aceh province Monday and were evacuated by military, police and Red Cross volunteers, authorities said. (AP Photo/Zik Maulana)Foto: Pengungsi Rohingya di pantai Lhokseumawe, Aceh (AP Photo/Zik Maulana)
Ethnic Rohingya people rest after the boat carrying them landed in Lhokseumawe, Aceh province, Indonesia, early Monday, Sept. 7, 2020. Almost 300 Rohingya Muslims were found on a beach in Indonesia's Aceh province Monday and were evacuated by military, police and Red Cross volunteers, authorities said. (AP Photo/Zik Maulana)



Meski verifikasi amat sulit dilakukan, namun detil narasi yang disampaikan kedua tentara tersebut sesuai dengan bukti yang diberikan para saksi dan pengamat. Termasuk penduduk desa yang secara independen mengonfirmasi keberadaan kuburan massal, saksi bisu pembantaian yang dilakukan.

Organisasi Doctors Without Borders memperkirakan setidaknya ada 6700 Rohingya, termasuk 730 anak-anak tewas akibat kekerasan tentara dari Agustus hingga September 2017. PBB menyebut, sekitar 200 pemukiman Rohingya juga dihancurkan dar 2017 hingga 2019.

"Ada risiko serius bahwa tindakan genosida dapat terjadi atau terulang kembali. Dan, bahwa Myanmar gagal dalam kewajibannya untuk mencegah genosida, menyelidiki genosida dan memberlakukan undang-undang yang efektif yang mengkriminalisasi dan menghukum genosida," kata Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

Pemerintah Myanmar telah membantah hal ini. Bahkan peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi membela negaranya dari tuduhan genosida.

The New York Times menyebut hanya beberapa tentara Tatmadaw yang dihukum, dengan hukuman penjara singkat. Pemerintah mengklaim sejumlah oknum mengambil langkah salah pada "isolasi" beberapa desa.

Meskipun Rohingya sudah tinggal lama di Rakhine, pemerintah Myanmar menyebut mereka penyusup. Pejabat menyebut Rohingya membakar desa mereka sendiri guna mendapat simpati internasional.

Kasus ini diajukan ke ICC oleh Gambia di 2019, atas nama 57 negara Organisasi Kerjasama Islam. Pekan lalu Belanda dan Kanada mengumumkan mendukung adanya hukuman dan meminta pertanggungjawaban Myanmar atas genosida yamg terjadi.




(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Astaga! Pemimpin Muslim Rohingya Myanmar Ditembak Mati

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular