
Aung San Suu Kyi Nyalon Pemimpin Myanmar Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Aung San Suu Kyi secara resmi kembali mencalonkan diri untuk menjadi kepala pemerintahan Myanmar periode kedua pada pemilihan November mendatang. Menteri Luar Negeri dan Penasihat Negara itu menyatakan niatnya pada Selasa (4/8/2020).
Sebagaimana dilansir dari Reuters, perempuan berusia 75 tahun itu melambaikan tangan kepada kerumunan sekitar 50 pendukung di pinggiran ibu kota Yangon saat akan mengajukan pencalonan diri sebagai kandidat.
Beberapa pendukungnya mengenakan topeng wajah berwarna merah yang menunjukkan dukungan mereka untuk partai Liga Nasional untuk Demokrasi (National League for Democracy/NLD) dan berteriak: "Bunda Suu, sehatlah."
Sebagaimana diketahui, Aung San Suu Kyi adalah tokoh terkemuka dan paling berpengaruh di Myanmar. Aung San Suu Kyi yang sempat memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk demokrasi Myanmar, mendapatkan posisi Kepala Pemerintahan atau Konsuler Negara Myanmar di tahun 2016.
Namun dalam puluhan tahun berkuasa di militer, Aung San Suu Kyi tak sepenuhnya dapat memegang kendali. Ia tetap harus berbagi kekuasaan dengan para jenderal militer negara tersebut.
Reputasi internasional Aung San Suu Kyi sempat merosot karena perlakuan Myanmar terhadap minoritas, yakni Muslim Rohingya. Namun ia tetap populer tanah airnya sendiri. Citranya tetap bertahan tanpa dirusak oleh tuduhan keterlibatan dalam kekejaman terhadap minoritas.
Pada 2017, tindakan keras pimpinan militer di Myanmar mengakibatkan lebih dari 730.000 orang Muslim Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh, tempat mereka berlindung di kamp-kamp pengungsi.
Simpatisan Amerika Serikat menyimpulkan bahwa kampanye militer Myanmar telah dieksekusi dengan "niat genosidal".
Pada Januari, Aung San Suu Kyi mengakui bahwa kejahatan perang mungkin dilakukan terhadap Rohingya, tetapi membantah soal genosida. Ia juga mengatakan para pengungsi telah melebih-lebihkan tingkat pelanggaran terhadap mereka.
Masyarakat Muslim di Gambia telah mengajukan gugatan ke Mahkamah Internasional (ICJ) pada November. Mereka menuduh Myanmar melakukan gerakan "genosida yang berkelanjutan" terhadap Muslim Rohingya.
Myanmar sendiri telah mengajukan laporan tentang kepatuhannya untuk melindungi Rohingya, tetapi rincian dokumen tersebut belum dipublikasikan.
Di sisi lain, pemerintahan Aung San Suu Kyi tengah goyah atas pembicaraan damai dengan kelompok-kelompok bersenjata etnis di berbagai bagian negara. Ditambah ekonomi Myanmar sedang mengalami kesulitan akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Partai Solidaritas dan Pembangunan Union (Union Solidarity and Development Party/USDP), yang didominasi oleh militer dan pensiunan pegawai negeri, akan menjadi lawan utama NLD dalam pemilihan tersebut.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Drama Myanmar Lanjut, Junta Bacakan Vonis Suu Kyi Hari Ini
