Internasional

Myanmar Jadi 'Medan Tempur' Baru AS-China, Kok Bisa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 July 2020 07:43
U.S. Vice President Mike Pence passes by Myanmar’s leader Aung San Suu Kyi as he arrives for a group photo with ASEAN leaders at the ASEAN-U.S. Summit in Singapore November 15, 2018. REUTERS/Edgar Su
Foto: Wakil Presiden AS Mike Pence dan Myanmar Aung San Suu Kyi persiapan foto bersama dengan para pemimpin ASEAN di ASEAN-AS. KTT di Singapura 15 November 2018. REUTERS / Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Perselisihan antara Amerika Serikat (AS) danĀ China sepertinya menyeret Myanmar. AS, dalam pernyataannya menyebut Myanmar sebagai salah satu target klaim China berikutnya, sebagai mana Laut China Selatan dan Hong Kong.

Ditulis Reuters, Kedutaan Besar AS di Yagoon me-warning investasi China yang begitu besar di negara tersebut. AS memperingatkan Myanmar bisa terperangkan dalam utang, yang berakibat fatal pada perdagangan perempuan dan impor obat-obatan China.



Hal senada juga dimuat Bloomberg. Media ini bahkan menyebutkan dengan jelas bahwa ada artikel opini yang dimuat Wakil Kedutaan AS di Myanmar George N Sibley.

Sibley mengatakan China telah megeksplorasi industri komoditas dan tenaga kerja tetangganya. "Inilah bagaimana kedaulatan modern sering hilang - bukan melalui aksi nyata dan terbuka, tetapi melalui cara yang lebih kecil yang mengarah pada pengikisan secara pelan-pelan seiring berjalannya waktu," tulisnya.

Hal ini menimbulkan balasan dari China. Negeri Panda mengatakan AS "mengompori" kedua negara seraya berujar hubungan China-Myanmar memang tengah berkembang ke arah baik.



AS dituding bersifat egois dan munafik. Pasalnya China mengatakan AS-lah yang bertahun-tahun menjatuhkan sanksi ke Myanmar di bidang ekonomi, politik, militer dan yang lain, yang menghambat akhirnya menghambat pembangunan negeri itu.

"AS harus melihat diri ke cermin, apakah masih termasuk negara besar sekarang," kata perwakilan China seraya berujar AS tengah mengalihkan masalah domestiknya dan secara egois mencari masalah di luar untuk kepentingan politik.

Sementara itu, Reuters menulis pemerintah Myanmar tidak memberi komentar. Myanmar juga sebelumnya jadi 'ajang tempur' AS-China soal perlakuan pada Muslim Rohingnya.

China adalah mitra dagang terpenting Myanmar. Nilai perdagangan keduanya mencapai US$ 11 miliar di 2018.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Berdoa di Pagoda, Saya Tak Takut Corona!'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular