Internasional

Astaga! Pemimpin Muslim Rohingya Myanmar Ditembak Mati

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
30 September 2021 09:28
Mohib Ullah pemimpin rohingya. AP/
Foto: Mohib Ullah pemimpin rohingya. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Muslim Rohingya, Mohib Ullah, dikabarkan meninggal dunia, Rabu (29/9/2021). Ia tewas tertembak di tengah memburuknya kekerasan dan di kamp pengungsian terbesar dunia di Bangladesh.

Hal ini dibenarkan otoritas setempat. Wakil kepolisian di lokasi itu mengatakan pria 40 tahun itu ditembak mati meski tak menjelaskan detail kejadian.

Juru bicara UNHCR menyatakan duka cita mendalam atas pembunuhan itu. "Kami terus melakukan hubungan dengan penegak hukum yang terkait dengan stabilitas dan keamanan di kamp tersebut," ujar lembaga PBB yang mengurusi pengungsi, dikutip Reuters, Kamis (30/9/2021).

Ullah sendiri adalah tokoh lembaga Masyarakat Rohingya Arakan untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia. Ia dikenal dunia lewat dokumentasi kekejaman yang diderita Rohingya selama tindakan keras pemerintah Myanmar.

Di kamp-kamp pengungsi Bangladesh, Ullah pergi dari gubuk ke gubuk untuk menghitung pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran guna diberikan ke penyelidik internasional. Organisasinya bekerja untuk memberikan lebih banyak suara kepada para pengungsi baik di dalam kamp atapun internasional.

Ia pun pernah menjadi tamu dan berbicara kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Ia mengatakan bahwa Rohingya menginginkan lebih banyak suara untuk masa depan untuk mereka sendiri.

Namun profilnya ini membuat Ullah menjadi target kekerasan dan ancaman kematian. "Jika saya mati tidak apa. Saya akan menyerahkan diri saya," katanya dalam sebuah wawancara dengan media yang sama 2019.

Kekerasan kini semakin kerasa di kamp pengusian Rohingya. Kelompok bersenjata muncul dan bersaing untuk mendapatkan kekuasaan.

Mereka disebut kerap menculik para kritikus. Kelompok konservatif juga memperingatkan perempuan agar tidak melanggar norma-norma Islam.

Seorang aktivis masyarakat sipil Rohingya Aung Kyaw Moe, mengatakan kehilangan Ullah adalah kerugian besar bagi komunitas itu. Aung Kyaw Moe sendiri adalah penasihat Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar, pemerintahan tandingan junta militer.

"Dia selalu sadar ada ancaman. Tetapi dia berpikir bahwa meskipun ada ancaman jika dia tidak melakukan pekerjaan yang dia lakukan maka orang lain tak akan melakukannya," katanya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penembakan & Penikaman di Kamp Pengungsi Rohingya, 7 Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular