Terungkap! Ini Dia Penyebab RI Terancam Resesi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 September 2020 06:50
Thamrin City
Ilustrasi Gerai Ritel (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

John Maynard Keynes, salah satu peletak dasar teori ekonomi makro, menelurkan konsep Paradox of Thrift atau Paradox of Saving. Konsep ini, peningkatan tabungan masyarakat justru berdampak negatif terhadap ekonomi secara keseluruhan.

Dalam situasi ekonomi yang tidak pasti, seperti resesi, masyarakat tentu berpandangan bahwa langkah terbaik adalah menabung. Ya itu tadi, Selamatkan Diri Masing-masing (SDM), harus berjaga-jaga kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti PHK.

Namun kalau uang masyarakat terkumpul di bank, maka tinggal sedikit yang tersisa untuk berputar di sektor riil. Pada akhirnya peningkatan jumlah tabungan menciptakan paradoks, yaitu membuat resesi menjadi semakin dalam. Semakin banyak pengusaha yang tumbang, semakin banyak pekerja yang menjadi korban PHK.

Menabung saat resesi mungkin adalah pilihan terbaik bagi orang per orang. Namun kalau semakin banyak orang berpikir dan melakukan hal yang sama, maka situasinya malah kian parah.

Biasanya ekonomi punya siklus yang bisa ditebak. Setelah periode boom selesai dan terjadi burst, bisa dihitung kira-kira butuh waktu berapa lama untuk pulih dan masuk ke fase boom lagi.

Akan tetapi kali ini beda. Krisis-krisis terdahulu pemicunya adalah fenomena di sektor keuangan, apakah itu krisis keuangan Asia, dotcom bubble, sampai krisis keuangan global. Mereka adalah fenomena ekonomi yang bisa dicari polanya sehingga bisa diprediksi kapan kebangkitan bakal terjadi.

Perlu dicatat bahwa krisis kali ini sejatinya adalah krisis kesehatan, serangan virus mematikan. Sepanjang si biang kerok itu masih bebas berkeliaran dan meminta 'tumbal' nyawa manusia, maka aktivitas publik tidak akan kembali normal seperti dulu lagi.

"Kapan resesi ini akan berakhir akan sangat ditentukan oleh perilaku. Rasa takut akan menggerakkan perilaku manusia. Saat ini, dan entah sampai kapan, masih ada ketakutan untuk berkunjung ke tempat-tempat di luar rumah. Mal sudah dibuka, promosi di mana-mana, tetapi pengunjung yang datang tidak banyak. Risiko tertular virus menciptakan keraguan untuk melakukan konsumsi," papar Diane Swonk, Kepala Ekonom Grant Thornton, seperti dikutip dari CNBC International.

So, kunci untuk lepas dari belenggu resesi adalah mengenyahkan virus corona. Vaksin, obat, atau berbagai metode pengobatan lain (misalnya plasma darah) diharapkan mampu menjadi juru selamat. Sebelum juru selamat itu datang, sepertinya masa-masa penuh keprihatinan harus dijalani dengan sabar dan tawakal...

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular