
Sempat 'Kejar-kejaran' Pakai F-16, Turki-Yunani Mau Damai?

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi Turki dan Yunani di laut Mediterania Timur kian memanas. Kedua negara terlibat konflik di Laut Mediterania Timur, memperebutkan sumber daya minyak dan gas di dalam perairan itu.
Setelah muncul serangkaian konflik, sampai "kejar-kejaran" antara pesawat F-16 Turki dan F-16 Yunani akhir pekan lalu, kedua negara dikabarkan mencoba memulai pembicaraan. Hal ini dikatakan oleh Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg pada Jumat (4/9/2020).
Stoltenberg mengatakan bahwa Yunani dan Turki, yang sama-sama anggota NATO, telah memulai pembicaraan teknis, tetapi mereka belum menyetujui kesepakatan untuk menghindari bentrokan yang tidak disengaja di Mediterania Timur.
Stoltenberg mengatakan para pemimpin Yunani dan Turki "setuju untuk mengadakan pembicaraan teknis di NATO untuk menetapkan mekanisme de-konflik militer guna mengurangi resiko insiden dan kecelakaan".
Tetapi sehari sebelumnya, pada Kamis (3/9/2020) malam, Yunani mengatakan bahwa Athena tidak pernah menyetujui pembicaraan teknis, mengklaim pernyataan Stoltenberg tidak "sesuai dengan kenyataan".
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengatakan bahwa negaranya hanya akan memulai pembicaraan dengan Turki untuk menyelesaikan klaim yang saling bertentangan setelah Turki berhenti memprovokasi.
"(Negara kami) dapat dan ingin membahas demarkasi zona maritim di Laut Aegea, di Mediterania Timur, berdasarkan hukum internasional. Tapi tidak di bawah ancaman," kata Mitsotakis dalam pertemuan dengan diplomat tinggi China Yang Jiechi, yang sedang mengunjungi Athena.
"Begitu provokasi berakhir, diskusi akan dimulai," katanya, seraya menambahkan bahwa menteri luar negeri Yunani akan mengirimkan surat darinya yang menguraikan kasus Athena kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ketika keduanya bertemu di New York pada Jumat lalu.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Yunani, pada kenyataannya, menyetujui proposal tersebut ketika dibuat.
"Yunani membantah (pernyataan) sekretaris jenderal tetapi yang berbohong disini bukanlah sekretaris jenderal NATO, itu Yunani sendiri," kataCavusoglu kepada wartawan di Ankara, dikutip dari Al Jazeera. "Yunani menunjukkan sekali lebih dari itu tidak mendukung dialog."
Turki juga menuduh Yunani menghindari dialog dan berbohong dengan menyangkal telah menandatangani pembicaraan yang ditengahi NATO.