
Bukan AS-China, Turki-Yunani Mungkin Perang Duluan

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski pandemi corona mengancam dunia, di sejumlah wilayah dunia, konflik negara-negara besar tetap terjadi. Di Laut China Selatan misalnya China yang mengklaim 80% wilayah bersitegang denga sejumlah negara ASEAN dan Amerika Serikat (AS).
Namun bukan hanya kawasan itu yang tegang. Wilayah di Laut Mediterania Timur juga sama, bahkan lebih parah dari Laut China Selatan.
Inti masalahnya adalah tumpang tindih wilayah Turki dan Yunani di perairan kaya energi itu. Hasrat Turki mencari gas, berbuah peringatan dari Yunani, karena dituding dilakukan di perairan negara itu.
Turki mengirimkan kapal penelitiannya Oruc Reis sejak 10 Agustus. Penelitian kapal yang dilakukan di dekat Pulau Kreta membuat Yunani berang.
Yunani mengklaim wilayah itu adalah perairannya. Nota keberatan diajukan Yunani bahwa laporan ke Uni Eropa, tempat negara itu bergabung.
Keduanya pun melibatkan militer masing-masing. Turki menerjunkan angkatan lautnya untuk melindungi kapal penelitian dan mengadakan latihan tembak di kawasan.
Sementara Yunani dibantu dengan militer Prancis, berpatroli di wilayah yang sama. Jet tempur F-16 juga diterjunkan.
Meski negara Eropa lain, seperti Jerman yang kini menjadi presiden Uni Eropa mencoba mendamaikan ketegangan keduanya tetap tinggi. Turki bahkan dibeking Amerika Serikat dan Italia.
Kekecewaan Turki makin dalam ke Eropa setelah pada Jumat (28/8/2020) lalu, menteri Luar Negeri Uni Eropa mengkaji daftar sanksi untuk Turki. Termasuk sanksi pada perusahaan yang melakukan observasi di zona itu.
Uni Eropa menyebut Turki melakukan pengeboran ilegal. Keputusan final soal sanksi akan diberikan 24 September nanti.
Dalam sebuah pernyataanya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menegaskan kalau pihaknya siap perang untuk membela kepentingannya di Mediterania.
"Ketika tiba waktunya untuk berperang, kami tidak akan ragu untuk berkorban," tegas Erdogan dikutip dari AFP.
Situasi kian panas kala Senin (31/8/2020), Yunani mengirimkan kembali militer ke pulau Kastellorizo, yang berjarak 2 kilometer dari pengeboran Turki. Bahkan dalam pernyataan terbarunya, Erdogan mengatakan tak akan mentolerir aksi "pembajakan atau perampasan" yang mungkin saja dilakukan Yunani.
"Tidak ada yang bisa membatasi Turki, yang memiliki garis pantai terpanjang di Mediterania ... Kami bertekad untuk membela hak maritim warga kami, "kata Erdogan.
Dalam laporan US Geological Survey, Laut Mediterania Timur memiliki cadangan minyak 1,7 miliar barel. Sementara gas 3,5 triliun meter kubik.
Turki bukan negara Uni Eropa. Tapi Turki dan Yunani sama-sama berada dalam aliansi NATO.
Sebelumnya kedua negara juga tegang soal pengungsi Suriah. Turki membuka perbatasannya untuk para pengungsi guna meninggalkan negaranya ke Eropa, yang membuat Yunani geram.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article War Game Turki-Yunani, Erdogan Telepon Donald Trump
