
Saat Erdogan Naik Pitam Karena Ekonomi Turki Diserang

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan dirinya tak akan menyerah kepada sejumlah negara yang kini berkonflik dengan Turki. Bahkan era di mana negaranya kalah karena penggunaan ekonomi sebagai senjata sudah berakhir.
Menurutnya dulu, ekonomi kerap jadi senjata untuk menekan diplomasi, pertahanan bahkan militer negara itu. Mereka, ujar Erdogan merujuk musuh Turki, mencapai tujuan di saat ekonomi negerinya tak cukup kuat melawan.
Nilai mata uang yang lemah, bunga utang dan inflasi jadi amunisi 'menyerang' Turki. Bahkan gerak negara itu sulit karena utang dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
"Kita telah melihat bagaimana dalam semalam bunga naik 7.500%. Kita melihat periode ketika pendapatan pajak bahkan tidak dapat menutupi pembayaran bunga ... bahkan ada saat kita tak bisa membayar pegawai negeri," katanya dalam sebuah pidato sebagaimana dikutip dari media lokal Hurriyetdailynews, Rabu (9/9/2020).
"Kami menyaksikan adegan memalukan di mana birokrasi ekonomi benar-benar dikecualikan, keuangan dan perbendaharaan negara diserahkan kepada komisaris IMF (Dana Moneter Internasional)."
"Perekonomian kita ... telah miring selama bertahun-tahun dengan krisis yang berulang hampir setiap 10 tahun."
Ia mengatakan reformasi yang dilakukan sejak 2002 telah membawa manfaat bagi negeri itu. Dengan membayar utangnya sebesar US$ 23,5 miliar kepada IMF, ditegaskannya, Turki telah memperoleh kembali kemerdekaan ekonomi dan memasuki era baru.
"Kami tidak akan membiarkan Anda sekali kembali ke masa lalu, kami sedang melalui rintangan yang sulit dalam proses ini," tambahnya," katanya.
Sebagaimana diketahui Turki kini bermasalah dengan Uni Eropa. Bahkan negara itu terancam sanksi.
Sanksi itu diperkirakan menyasar perekonomian dan perdagangan Turki. Meski, belum diputuskan karena menunggu pertemuan UE di akhir September nanti.
Hal tersebut terkait upaya pencarian gas alam di Laut Mediterania Timur. Di mana terdapat cadangan minyak 1,7 miliar barel dan gas 3,5 triliun meter kubik.
Yunani menuding Turki masuk ke wilayahnya. Athena kemudian melapor ke Eropa dan saling mengintensifkan militer bersama Turki.
Sebelumnya AS sebagai pemimpin NATO turun gunung mendamaikan. Pasalnya kedua negara adalah anggota organisasi pakta pertahanan itu.
Meski Turki mengiyakan perdamaian Yunani tak mengiyakan. Pasalnya, perjanjian hanya mencakup penghindaran konfrontasi bukan soal energi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Pemimpin Dunia yang Belum Ucapkan Selamat Kepada Biden