
Heboh F-16 Turki Kejar-kejaran F-16 Yunani, Ini Ceritanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesawat F-16 Turki dikabarkan terlibat ketegangan dengan pesawat F-16 Yunani. Hal ini terjadi di Laut Mediterania Timur akhir pekan lalu.
Dalam Twitter Kementerian Pertahanan Turki, sebuah video menunjukkan bagaimana sistem radar angkatan udara Turki mendeteksi enam pesawat F-16 Yunani yang berangkat dari Pulau Kreta menuju Siprus. Upaya memberi peringatan diberikan kepada sesama pesawat keluaran Amerika Serikat (AS) namun beda pemilik itu.
"Pesawat F-16 Turki mencegah pesawat F-16 di barat daya Pulau Siprus... pesawat tersebut diidentifikasi milik Yunani dan dipindahkan dari wilayah itu," tulis Kementerian Pertahanan Turki sebagaimana yang diterjemahkan, dikutip Rabu (2/9/2020).
"Angkatan Laut dan Angkatan Udara kami terus bekerja dengan tekad yang tidak terbatas untuk melindungi hak, kepentingan, dan kepentingan kami di Mediterania Timur."
Meski begitu media Australia yang membahas khusus soal Yunani, Greek City Times, mengabarkan jet tersebut bisa saja bukan milik Yunani tapi milik Turki sendiri. Namun belum ada komentar resmi dari pemerintah Yunani.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Ini bermula akibat ketegangan yang terjadi di Laut Mediterania Timur. Kedua negara panas karena kekayaan alam yakni gas bumi di perairan tersebut.
Dalam laporan US Geological Survey, Laut Mediterania Timur memiliki cadangan minyak 1,7 miliar barel. Sementara gas 3,5 triliun meter kubik.
Turki mengirimkan kapal penelitiannya Oruc Reis sejak 10 Agustus.
Turki, yang memang tengah gencar mencari sumber energi, mengerahkan kapal penelitian di dekat Pulau Kreta. Hal ini dilakukan sejak 10 Agustus lalu hingga kini. Kapal tersebut juga didampingi Angkatan Laut negeri itu.
Yunani yang berang menganggap Turki masuk wilayahnya. Bahkan negara itu menanggapi Turki dengan meratifikasi perjanjian maritim dengan Mesir. Yunani menilai area eksplorasi Turki, berada di teritorinya.
"Sekali lagi diperlihatkan siapa yang menginginkan de-eskalasi dan siapa yang tidak," kata seorang sumber diplomatik.
Turki memberi pembelaan. "Kami bertekad untuk melindungi hak-hak kami," kata Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, dikutip dari AFP.
Turki dan Yunani sebenarnya anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Eskalasi keduanya dikhawatirkan membahayakan Eropa ke simpanan energi baru dengan jumlah yang cukup besar.
Keduanya juga mengancam untuk melibatkan Libya yang dilanda perang dan negara-negara lain di Timur Tengah. Tidak ada pihak yang tampak siap untuk mundur dari konflik di perairan Mediterania yang, sehingga melibatkan banyak angkatan laut dari kekuatan Eropa serta Amerika Serikat.
Terbaru Uni Eropa (UE) di mana Yunani bergabung disebut sedang mempersiapkan sanksi terhadap Turki. Rencana sanksi akan diputuskan akhir September mendatang.
Dikutip dari Middle East Eye, Perwakilan Eropa Josep Borell menyebut langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk membatasi kemampuan Turki untuk mengeksplorasi gas alam di perairan yang Mediterania. Karena dianggap dapat mempengaruhi individu, kapal, atau penggunaan pelabuhan Eropa.
Ini bukan pertama kalinya kedua negara tegang. Turki dan Yunani juga memanas soal pengungsi Suriah.
Yunani mengecam pembukaan pintu Turki untuk pengungsi daerah konflik itu. Hal tersebut membuat makin banyak pengungsi masuk ke Eropa, padahal menurut Yunani, sudah ada kesepakatan penghentian sebelumnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laut Mediterania Timur Panas, Erdogan Siap Perang
