Ada Gelagat Kurang Enak, Pengusaha Tak Happy Impor Anjlok

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
18 August 2020 19:52
A worker walks on the dock of the Tanjung Priok Port in Jakarta, Indonesia April 16, 2018.   REUTERS/Darren Whiteside
Foto: REUTERS/Darren Whiteside

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha was-was dengan catatan kinerja neraca perdagangan Juli 2020, meski di atas kertas terlihat surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor Indonesia pada Juli 2020 tumbuh negatif atau terkontraksi. Nilai impor Indonesia bulan tercatat US$ 10,47 miliar, terjadi kontraksi 32,55-% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menilai sudah saatnya pasar waspada terkait fakta tersebut. Pasalnya, Indonesia masih tergantung terhadap produk impor, terutama untuk bahan baku/penolong dan barang modal. Sebab harus diakui produksi dalam negeri belum memadai sehingga terpaksa harus didatangkan dari luar negeri.

"Saya liat surplus ini karena penurunan impor lebih besar dibanding penurunan ekspornya. Cuma kita harus waspada bahwa yang turun itu importasinya. Kalau itu bahan baku dan barang modal, itu akan menjadikan GDP kita turun. Memang di situ terjadi surplus. Tapi output kapasitas dari industri bakal turun, kalau yang turun itu bahan baku," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/8).

Kondisi ini tidak bisa dibawa santai bagi pelaku usaha. Benny bahkan menilai saat ini sudah seharusnya menyalakan tanda 'alarm'.

"Angkanya kuantitatif alarm. Penurunan impor bukan berati kita membaik. Baik kalau turun konsumsi. Tapi kan konsumsi nggak sebesar itu turunnya. Ini jadi perhatian serius kalau itu terjadi maka kemampuan kita di impor selanjutnya tidak akan sebesar yang sekarang," jelas Waketum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan ini.

"Krisis secara teknis udah krisis -15 pertumbuhan ekonomi technically udah krisis. Kalau kuartal III mau nggak minus tumbuh harus di atas 15%. Dan itu kalau saya lihat activity dimana PSBB mengikat aktivitas orang dan banyak negara menutup diri saya kira nggak bisa mengejar surplus pertumbuhan ekonomi di kuartal III," katanya.

Bila kuartal III-2020 ekonomi Indonesia tetap tumbuh negatif, seperti yang terjadi pada kuartal II-2020 minus 5,32%, maka resesi tak bisa dihindari.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Feeling Kebangkitan Ekonomi Indonesia Mulai Terasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular