
Aura Krisis Selimuti Pidato Jokowi, Bamsoet, Hingga Puan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pidato Kenegaraan jelang peringatan Hari Kemerdekaan adalah acara tahunan di Indonesia. Namun tahun ini ada yang berbeda, aura krisis dan keprihatinan tampak jelas dari para pemimpin Tanah Air.
Biasanya Pidato Kenegaraan berlangsung pada 16 Agustus, sehari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan. Tahun ini acara itu berlangsung pada 14 Agustus, karena 16 Agustus jatuh pada hari Minggu.
Ada pula yang berbeda dengan Pidato Kenegaraan di komplek parlemen. Sejumlah undangan tidak bisa hadir secara fisik, mereka 'datang' melalui bantuan teknologi informasi.
Ya, itulah suasana yang paling berbeda. Wabah virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat mereka yang hadir secara langsung ke gedung DPR/MPR tidak bisa terlalu banyak. Sebab kalau banyak-banyak, dikhawatirkan terjadi kerumunan dan membuat virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Repbulik Rakyat China tersebut semakin mudah menular. Jangan sampai ada kluster baru, kluster Sidang Tahunan DPR/MPR.
Pagebluk virus corona adalah krisis kesehatan yang luar biasa. Secara global, jumlah pasien positif corona per 13 Agustus 2020 adalah 20.439.814 orang. Bertambah 276.398 orang dibandingkan hari sebelumnya.
Di Indonesia, jumlah pasien positif corona hingga kemarin adalah 132.816 orang. Bertambah 2.098 orang dibandingkan hari sebelumnya.
Penyebaran virus corona diatasi dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Aktivitas masyarakat masih dibatasi, kalau tidak perlu-perlu amat kalau bisa jangan keluar rumah.
Betul PSBB sudah dilonggarkan sejak Juni lalu, tetapi kegiatan masyarakat belum pulih seutuhnya. Kegiatan belajar-mengajar di sekolah masih belum bisa dilakukan, jumlah karyawan yang bekerja di perkantoran dibatasi maksimal 50%, begitu pula jumlah pengunjung di restoran dan pusat perbelanjaan.
Kegiatan masyarakat yang masih terbatas membuat roda ekonomi bergerak sangat lambat. Pada kuartal I-2020, output ekonomi (Produk Domestik Bruto/PDB) Indonesia tumbuh 2,97% year-on-year/YoY, laju terendah sejak 2011. Kuartal berikutnya, PDB Indonesia malah terkontraksi (tumbuh negatif) -5,32% YoY, terlemah sejak 1999.
"Semua negara, negara miskin, negara berkembang, termasuk negara maju, semuanya sedang mengalami kemunduran karena terpapar Covid-19. Krisis perekonomian dunia juga terparah dalam sejarah. Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi negara kita masih plus 2,97%, tapi di kuartal kedua kita minus 5,32%. Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17%.
Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan re-start, harus melakukan re-booting," tutur Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pidato Kenegaraan.
Tidak hanya Jokowi, Ketua MPR Bambang Soesatyo pun dalam kesempatan sebelumnya juga memberi peringatan serupa. Bahkan politisi Partai Golkar itu menyebut kata 'resesi'. Sesuatu yang belum dialami Indonesia, tetapi risiko ke arah sana bukan hil yang mustahal.
"Memburuknya perekonomian tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga pertumbuhan ekonomi global yang merosot tajam karena terganggunya aktivitas perekonomian akibat pandemi Covid-19. Bank Dunia melansir bahwa resesi sudah hampir pasti terjadi di seluruh wilayah ekonomi dunia. Resesi akibat Covid-19 ini merupakan yang terburuk dalam sejarah sejak Perang Dunia II.
"Jika tidak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor, mulai dari macetnya kredit perbankan hingga lonjakan inflasi yang sulit dikendalikan atau sebaliknya deflasi yang tajam karena perekonomian tidak bergerak. Kemudian, neraca perdagangan akan menjadi minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa. Dalam skala riilnya, dampak resesi terhadap sebuah negara adalah meningkatnya pengangguran, anjloknya pendapatan, meningkatnya angka kemiskinan, merosotnya harga aset seperti pasar saham atau properti, melebarnya angka ketimpangan, tingginya utang pemerintah bersamaan dengan penerimaan pajak yang anjlok, serta produksi yang hilang secara permanen, dan bisnis gulung tikar," papar Bambang.
Puan Maharani, Ketua DPR, pun demikian. Mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu menyebut semua sektor dan lapangan usaha rakyat terganggu sehingga mengakibatkan berkurangnya pendapatan, meningkatnya pengangguran, meningkatnya angka kemiskinan, dan menurunnya derajat kesejahteraan rakyat secara luas.
"Pandemi memberikan ancaman yang sangat serius terhadap keselamatan rakyat, perekonomian negara dan rumah tangga, serta kesejahteraan rakyat. Menghadapi kondisi bencana non-alam yang luar biasa ini, diperlukan kehadiran negara untuk menyelamatkan rakyat dari ancaman krisis kesehatan, ancaman krisis ekonomi, dan ancaman krisis kesejahteraan dengan melakukan upaya-upaya luar biasa, melalui serangkaian kebijakan, dan program penanggulangan Covid-19 dan dampaknya, untuk meningkatkan kapabilitas di bidang kesehatan, memperluas perlindungan sosial, melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, serta mempercepat pemulihan ekonomi," papar Puan.
Selama pandemi belum kelar, sepanjang vaksin atau obat penangkal virus corona belum ditemukan dan didistribusikan secara masif, maka risiko krisis kesehatan dan sosial-ekonomi akan masih ada di sini. Aura krisis dan resesi belum akan pergi...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%
