Internasional

10 Negara Jatuh ke Jurang Resesi, Ada Lagi yang Menyusul?

Rehia Sebayang & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
14 August 2020 08:58
Ilustrasi resesi Singapura. AP/

Jakarta, CNCB Indonesia - Sejumlah negara di dunia kini jatuh ke jurang resesi. Pandemi virus corona (Covid-19) membuat pembatasan gerak ekonomi dan penguncian (lockdown) di sejumlah wilayah.

Resesi sendiri merupakan berkontraksi atau negatif-nya ekonomi suatu negara dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Di kuartal II 2020 ini, setidaknya sudah ada 10 negara yang ekonominya negatif. Padahal di kuartal I 2020, data ekonomi juga minus.

Berikut 10 negara yang sejauh ini sudah resesi dan satu kota, yang sudah dirangkum CNBC Indonesia:

1. Inggris

Inggris mencatat pertumbuhan terburuk sejak 2009. Kantor Statistik Nasional, menyebutkan dalam basis tahunan (YoY), ekonomi berkontraksi atau -21,7% di kuartal II.

Sebelumnya di basis yang sama pada kuartal I 2020, ekonomi -1,7%. Sedangkan dalam basis kuartalan (QtQ) ekonomi -20,4%, sementara di kuartal I -2,2%.

2. Amerika Serikat

Perekonomian negeri Paman Sam mencatat -32,9% pada periode April - Juni (QtQ). Kontraksi ini jauh lebih tajam dari kuartal I yang tercatat -5%.

Demikian laporan dari Departemen Perdagangan AS yang baru dirilis 30 Juli lalu. Kontraksi tajam terjadi dalam konsumsi, ekspor, hingga investasi dan pengeluaran pemerintah.

Meski begitu di basis tahunan (YoY), ekonomi di kuartal II -9,5%. Di kuartal I, ekonomi masih positif 0,3%.

3. Jerman

PDB Jerman ekonomi terbesar di Eropa mengalami kontraksi atau -2% (YoY) pada kuartal I tahun ini. Kontraksi berlanjut di kuartal II, di mana ekonomi -10,1% (YoY).

Ini merupakan kontraksi paling dalam sejak pencatatan PDB secara kuartalan yang dimulai pada 1970 silam.

Di basis tahunan (YoY) ekonomi -11,7 di kuartal II. Sementara kuartal I kemarin, ekonomi -2,3%.

4. Prancis

Prancis resmi resesi setelah ekonomi di kuartal II tercatat -19% (YoY). Ekonomi sebelumnya telah susut 5,7% di kuartal I.

Dalam basis kuartalan (QtQ), ekonomi kuartal II -13,8%, sedangkan kuartal I -5,9%. Dalam basis ini kontraksi sudah terlihat sejak kuartal akhir 2019, di mana ekonomi -0,2%.

5. Italia

Italia menjadi negara paling buruk terdampak Covid-19. Akibatnya penguncian total (lockdown) dilakukan.

Ini menyebabkan ekonomi jatuh dua kuartal berturut-turut. Di kuartal II -17,3% (YoY) sementara di kuartal I ekonomi -5,5%.

Di basis kuartalan ekonomi juga -12,4% (QtQ) di kuartal II dan -5,4 di kuartal I. Padahal, pada kuartal akhir 2019, ekonomi juga sudah -0,2%.

6. Spanyol

Sama seperti Italia, Spanyol sempat menjadi negara yang sangat terpukul karena Covid-19 di Eropa. Ini membawa ekonomi terjerembab ke resesi.

Secara QtQ, ekonomi -18,5% di kuartal II. Sebelumnya ekonomi -5,2% di kuartal I. Di basis tahunan (YoY), ekonomi kuartal II -22,1%. Di kuartal I, ekonomi -4,1%.

7. Korea Selatan

Korea Selatan masuk jurang resesi setelah Bank Sentral Korea (BOK) menyebut ekonomi negatif kembali di kuartal II 2020. Di mana PDB - 3,3% (QtQ).

Sebelumnya di kuartal-I, ekonomi turun 1,3%. Ekspor barang dan jasa di mana ekonomi yang bergantung, anjlok 16,6%, terburuk sejak kuartal terakhir 1963.

Dalam basis tahunan (YoY), PDB negara ini di kuartal-II minus 2,9% dari periode yang sama tahun lalu. Tapi, di kuartal-I lalu, ekonomi tumbuh 1,4%.

8. Jepang

Jepang terjun ke dalam resesi pertama sejak 2015. Ekonomi secara basisi tahunan (YoY) di kuartal I tercatat -0,7% dan di kuartal II -1,7%.

Secara QtQ, ekonomi juga minus dua kali. Di kuartal pertama ekonomi -1,9%. Sementara di kuartal II -0,6%.

9. Singapura

Secara basis kuartalan (QtQ), ekonomi mengalami kontraksi sebesar 42,9% pada kuartal II 2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Secara tahunan (YoY), ekonomi menyusut 13,2% pada kuartal yang berakhir 30 Juni.

Singapura merevisi perkiraan pertumbuhan ekonominya untuk 2020 menjadi kontraksi antara 5% sampai 7%. Pada bulan Mei sebelumnya, PDB Singapura diperkirakan akan menyusut antara 4%-7% tahun ini.

10. Filipina

Ekonomi Filipina masuk jurang resesi pertama dalam 29 tahun. Secara tahunan (YoY)PDB -16,6% di kuartal II 2020. Sebelumnya di kuartal I 2020, secara tahunan ekonomi juga -0,7%.

Secara kuartalan (QtQ), ekonomi di April hingga Juni juga -15,2%. Di kuartal I lalu dalam basis yang sama, ekonomi -5,1%.

11. Kota Hong Kong

Hantu resesi belum meninggalkan kota Hong Kong. Ekonomi kota di bawah China itu kembali mengalami kontraksi.

Di kuartal II ekonomi -9% (YoY). Di basis kuartalan (QtQ), ekonomi minus 0,1% di kuartal II-2020 ini.

Ini adalah kontraksi empat kuartal berturut-turut untuk pusat ekonomi global ini. Aktivitas ekonomi sudah susut sejak pertengahan 2019, saat protes besar-besaran massa anti Beijing terjadi.

Sejumlah negara juga diprediksi jatuh dalam resesi. Berikut dua sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia:

Turki

Ekonomi Turki mengalami keruntuhan dan disebut berada di ambang resesi yang berpotensi menghancurkan. Nilai lira Turki telah melemah menjadi 7,30 terhadap dolar AS dan bank sentral telah menghabiskan US$ 65 miliar (Rp 955,8 triliun) untuk menopang mata uang tersebut menurut bank investasi Goldman Sachs.

Utang konsumen, sementara itu, telah meningkat 25% menjadi lebih dari US$ 100 miliar dalam tiga bulan terakhir. Peningkatan signifikan terjadi dikarenakan pemerintah banyak meluncurkan stimulus untuk membantu warganya yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19).

Sayangnya, bantuan itu juga membuat inflasi negara melonjak hingga 12%. Dengan pelemahan nilai lira dan kenaikan harga barang-barang impor, standar hidup banyak orang Turki yang mendapatkan penghasilan dalam bentuk lira tetapi memiliki hutang dolar, telah turun tajam.


Perekonomian Turki telah diperkirakan terkontraksi sekitar 4% tahun ini. Tingkat pengangguran resmi tetap di 12,8% karena negara itu melarang pemutusan hubungan kerja (PHK), meskipun banyak ahli mengatakan angka sebenarnya jauh lebih tinggi.



Di sisi lain, pendapatan pariwisata dan ekspor Turki juga telah dihancurkan oleh pandemi, dan modal asing telah banyak yang keluar di tengah kekhawatiran soal tren ekonomi dan independensi bank sentral negara itu.

Pada 2019, Turki sudah mengalami resesi. Aktivitas ekonomi memburuk dua kuartal berturut-turut, inflasi tinggi dan lira melemah.



Namun di kuartal I 2020, secara basis tahunan (YoY) ekonomi tumbuh positif 4,5%. Meski Turki hendak bangkit, virus corona (Covid-19) menyerang negara itu.

Ini membuat penguncian di sejumlah wilayah yang mengancam ekonomi. Turki kini mencatat 244.392 kasus secara akumulatif, dengan 5.891 kematian dan 227.089 sembuh.


Malaysia

Sebelumnya IMF meramalkan ekonomi negara itu akan minus 3,8% selama 2020. Pada kuartal I ini, mengutip TradingEconomics, ekonomi Malaysia secara kuartalan (QtQ) -2%.

Di basis tahunan (YoY) ekonomi masih tumbuh di kuartal I 0,7%. Sebelumnya Malaysia melakukan lockdown, merelakan ekonominya untuk membendung penyebaran corona.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular