Deflasi Bukti Ekonomi RI Sedang Sakit, Apa Obatnya?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 August 2020 06:55
Pengunjung memelih pakaian yang dijual oleh salah satu tenant di Blok M Plaza, Jakarta, Rabu (6/3/2019). Untuk meningkatkan pengunjung manajemen Blok M Plaza merenovasi sejumlah fasilitas. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Penjualan Ritel (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Adalah perbankan yang semestinya menjadi penyalur 'darah' bagi rumah tangga. Ketika semakin banyak rumah tangga yang terjamah kredit perbankan, maka ekspansi bisa dilakukan. Kala rumah tangga sudah berani melakukan ekspansi, maka ekonomi bisa kembali ke zona positif.

Namun saat ini penyaluran kredit konsumsi masih melambat. Misalnya Kredit Tanpa Angsuran, eh Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang kerap menjadi solusi bagi rumah tangga yang ingin 'naik kelas'.

Pada Mei 2020, pertumbuhan penyaluran kredit multiguna bank umum adalah 4,54% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 6,8%.

Bagaimana caranya agar rumah tangga lebih punya keinginan untuk mengakses kredit perbankan sehingga bisa berekspansi dan mendorong pertumbuhan ekonomi? Salah satu caranya adalah suku bunga. Kalau bisa suku bunga harus rendah sehingga memancing minat untuk meminjam duit ke bank.

Per Mei 2020, rata-rata suku bunga kredit konsumsi bank umum dalam mata uang rupiah adalah 11,22%. Turun 40 basis poin (bps) dibandingkan posisi akhir 2019. Padahal dalam periode yang sama, suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sudah turun 50 bps.

Dengan laju penurunan yang masih di bawah suku bunga acuan, bunga kredit konsumsi masih punya ruang untuk lebih rendah lagi. Apalagi secara nomimal, selisih keduanya bak bumi dan langit. Kebangetan banget....

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular