
Ini Daftar "Perang" AS-China di Era Trump

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China telah memasuki babak menegangkan baru setelah AS meminta China menutup konsulatnya di Houston awal pekan ini.
Sebelumnya, hubungan tegang antara dua ekonomi terbesar dunia itu telah kembali bergelora sejak Donald Trump memenangkan kursi presiden AS pada 2016. Sejak masa kampanye, Trump memang telah dengan gamblang menyerukan bahwa ia akan dengan tegas menindak negara-negara yang merugikan AS jika menjadi dirinya presiden.
China dianggap Trump telah banyak merugikan AS. Oleh karenanya, hubungan antar kedua negara terus memanas setelah ia menjabat karena Trump terus meluncurkan serangan demi serangan ke negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu.
Lalu, apa saja serangan yang sudah dilancarkan Trump ke China dan sebaliknya, selama beberapa tahun terakhir? Berikut beberapa di antaranya, sebagaimana dikutip dari Reuters.
2018
22 Januari: Trump mengenakan tarif pada semua mesin cuci impor dan panel surya, termasuk dari China.
8 Maret: Trump mengenakan tarif 25% untuk impor baja dan 10% untuk aluminium dari semua pemasok termasuk dari China.
2 April: China mengenakan tarif hingga 25% pada 128 produk AS termasuk pesawat terbang dan kedelai.
3 April: Trump mengungkap rencana penerapan tarif 25% atas impor China yang bernilai sekitar US$ 50 miliar.
22 Agustus: Pengadilan New York mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Meng Wanzhou, kepala eksekutif perusahaan peralatan telekomunikasi Huawei Technologies, untuk diadili di Amerika Serikat.
24 September: tarif 10% atas impor China senilai US$ 200 miliar diberlakukan. Pemerintah AS mengatakan tarif itu akan meningkat menjadi 25% pada 1 Januari 2019. China mengenakan pajak US$ 60 miliar untuk barang AS sebagai balasan.
7 Desember: Proses pengadilan menunjukkan bahwa Amerika Serikat telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Meng Wanzhou karena pihaknya percaya Meng menutupi upaya perusahaan yang terkait dengan Huawei untuk menjual peralatan ke Iran, melanggar sanksi AS yang telah diterapkan pada Iran.
2019
1 Agustus: Trump mengumumkan tarif 10% atas US$ 300 miliar impor China, dua hari setelah kedua negara mengadakan pembicaraan yang tanpa kemajuan.
5 Agustus: China menghentikan pembelian produk pertanian AS dan pada saat yang sama nilai mata uang China, yuan, melemah melewati level patokan tujuh yuan per dolar. Atas dasar itu, Departemen Keuangan AS mengatakan China sengaja memanipulasi mata uangnya.
13 Agustus: Trump menunda pengenaan sebagian dari tarif 10% pada daftar barang senilai US$ 300 miliar hingga 15 Desember.
23 Agustus: China mengumumkan tarif pembalasan tambahan atas barang-barang AS senilai sekitar US$ 75 miliar.
20 September: Perwakilan Dagang AS mengeluarkan pengecualian tarif untuk sekitar 400 produk China.
7 Oktober: Departemen Perdagangan AS memasukkan 28 perusahaan China dalam "daftar entitas" karena semua perusahaan diduga terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Daftar itu membatasi penjualan barang dan teknologi AS kepada mereka. Sebagai tanggapan, China mengatakan Amerika Serikat harus berhenti mencampuri urusannya.
11 Oktober: Setelah mengadakan pembicaraan tingkat tinggi selama dua hari, Trump mengumumkan kesepakatan Fase 1 yang mencakup penangguhan tarif yang direncanakan dan janji China untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS.
2020
11 Januari: Seorang pria China berusia 61 tahun dilaporkan telah meninggal di Wuhan. Dari tes laboratorium awal, diketahui bahwa pria itu meninggal karena terinfeksi virus corona baru (COVID-19), sebagaimana dilaporkan media pemerintah China.
27 Januari: Amerika Serikat memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke China, sehari setelah lima orang yang baru mengunjungi Wuhan di Amerika dikonfirmasi terinfeksi COVID-19.
1 Februari: Amerika Serikat, Singapura, Rusia dan Australia melarang masuk pelancong asing yang baru mengunjungi China.
17 Maret: China mencabut kredensial pers wartawan Amerika di tiga surat kabar AS.
28 Mei: Parlemen China menyetujui penerapan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong untuk menangani pemisahan diri, subversi, terorisme, dan campur tangan asing. Trump meminta pemerintahannya untuk memulai proses penghapusan perlakuan khusus AS untuk Hong Kong. Tapi belum memerintahkan untuk mengakhiri hak istimewa yang telah membantu wilayah itu menjadi pusat keuangan global.
22 Juni: AS mengatakan akan mulai memperlakukan empat outlet media besar China sebagai kedutaan asing. Alasannya adalah karena mencurigai mereka sebagai alat propaganda untuk Beijing. Aturan tersebut mengharuskan outlet media untuk memberi tahu Departemen Luar Negeri AS tentang daftar nama personel dan kepemilikan real estat mereka di AS.
1 Juli: Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut langkah China menerapkan UU baru di Hong Kong sebagai penghinaan bagi semua negara dan mengatakan AS akan mengikuti arahan Trump untuk mengakhiri status khusus Hong Kong.
1 Juli: China meminta empat organisasi media AS untuk menyampaikan rincian tentang operasi mereka di negara itu. China menyebut langkah itu sebagai pembalasan atas tindakan AS terhadap outlet media mereka.
13 Juli: Amerika Serikat menolak klaim China atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan. Langkah itu menuai kritik dari China. Negara itu mengatakan posisi AS meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
22 Juli: AS memberitahu China untuk menutup konsulatnya di Houston, dan seorang sumber mengatakan Beijing sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Wuhan sebagai pembalasan.
23 Juli: Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menuduh konsulat China di Houston sebagai pusat mata-mata "pencurian kekayaan intelektual" dan menyerukan sekutu-sekutu AS untuk menekan China.
(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Dingin Makin Gawat, China Tutup Konsulat AS di Chengdu
