Gubernur Bali: Covid-19 Lebih Dahsyat dari Bom Bali 1 dan 2

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
22 July 2020 17:05
Balinese Hindu gather during a ritual at Kuta beach, Bali, Indonesia on Thursday, July 9, 2020. Indonesia's resort island of Bali reopened after a three-month virus lockdown Thursday, allowing local people and stranded foreign tourists to resume public activities before foreign arrivals resume in September.(AP Photo/Firdia Lisnawati)
Foto: Umat Hindu di Bali (AP/Firdia Lisnawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bali Wayan Koster menungkapkan wisata Bali sudah berpengalaman dalam menghadapi berbagai gangguan yang menyebabkan menurunnya tren kunjungan wisatawan. Pengalaman itu terjadi sejak beberapa tahun lalu dan sudah menjadi pembelajaran berharga. Namun, dampak pandemi covid-19 kali ini lebih dahsyat bagi wisata Bali.

"Sesungguhnya Bali telah mengalami beberapa pengalaman, pertama kasus perang Irak, perang teluk, bom Bali 1, kasus SARS, bom Bali 2, kasus MERS, meletus Gunung Agung dan saat ini Covid-19. Dan di antara kejadian itu memberikan dampak negatif bagi pariwisata," jelas Wayan dalam dalam diskusi virtual Reaktivasi Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Memasuki Adaptasi Kebiasaan Baru, Rabu (22/07/2020).

Namun, ada yang berbeda dengan dampak dari kejadian Covid-19 ini. Di mana para pelaku usaha dan karyawan sudah sangat menjerit. Mereka kesulitan dalam memutarkan uangnya karena harus tertahan beroperasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

Jumlahnya tidak sedikit, pekerja pariwisata di Bali dengan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan koperasinya mencapai 1,1 juta orang. Termasuk kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto bali mencapai 53%.

"Tapi dampak negatif yang paling besar dan paling lama akibat munculnya pandemi Covid-19 saat ini yang sekarang sudah berjalan empat bulan lebih. Ini mengganggu pariwisata di Bali," jelas Wayan.

Untuk mengembalikan kondisi yang ada memang diperlukan waktu. Namun, ia optimistis itu bisa terjadi dalam waktu dekat.

"Saya ingin beri catatan, pariwisata itu dunia sensitif. Cepat keganggu, cepat pulihnya juga. Keganggu ketika masalah keamanan, erupsi Gunung Agung atau bencana lain tapi begitu bencana normal, orang akan datang lagi, cepat berkunjung," sebut Wayan.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bali Dibuka: Turis Domestik 31 Juli, Turis Asing 11 September

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular