
Ini Bukti Terbaru Ekonomi RI Kuartal II Bakal Minus!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kuartal II-2020 menjadi titik nadir perekonomian Indonesia akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Bukti terbaru, realisasi investasi mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, nilai investasi pada kuartal II-2020 adalah Rp 191,9 triliun. Turun 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Pada kuartal I-2020, realisasi investasi masih bisa tumbuh 8% YoY.
"Ini bukan hasil yang menjadi rencana BKPM, karena rencananya lebih dari Rp 200 triliun. Namun karena Covid-19, itu sangat berat. Kuartal II ini adalah periode yang sangat berat," kata Bahlil Lahadalia, Kepala BKPM.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PDMN) tercatat Rp 94,3 triliun, turun 1,4% YoY. Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah Rp 97,6 triliun, turun 6,9% YoY.
Sementara untuk semester I-2020, realisasi investasi adalah Rp 402,6 triliun. Angka ini 49,3% dari target Rp 817,2 triliun. Realisasi PMDN adalah Rp 207 triliun, turun 13,2% YoY. Kemudian PMA tercatat Rp 195,6 triliun, turun 8,1% YoY.
Data BKPM ini senada yang realisasi ekspor yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS). Pada kuartal II-2020, nilai ekspor adalah US$ 34,64 miliar. Turun 12,48% YoY.
Oleh karena itu, sudah sangat jelas, cetha wela-wela, bahwa dua mesin utama pendorong pertumbuhan ekonomi mogok. Pada 2019, investasi alias Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) menyumbang 32,33% dan pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sedangkan ekspor berkontribusi 18,41%.
Keduanya sudah menyumbang lebih dari separuh 'kue' ekonomi nasional. Jadi kalau investasi dan ekspor mengkerut, maka ekonomi secara keseluruhan hampir pasti ikut menyusut.
Oleh karena itu, wajar pemerintah memperkirakan ekonomi terkontraksi dalam kisaran -5,08% hingga -3,54%. Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan terjadi kontraksi di kisaran -4%. Kalau melihat data investasi dan ekspor, maka ramalan tersebut hampir pasti jadi kenyataan.
