
Ekonomi RI Tumbuh 5,11% di Kuartal I, Kabar Baik Atau Buruk?

Daftar Isi
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 berhasil tumbuh 5,11% year on year. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan pertama ini menjadi yang paling tinggi sejak 2019.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut pertumbuhan ini ditopang oleh belanja pemerintah yang meningkat karena Pemilihan Umum (Pemilu). Selain itu, perayaan Ramadhan dan persiapan Idul Fitri mendorong masyarakat untuk berbelanja.
Sebagian ekonom menilai capaian ini adalah kabar baik. Sebagian lainnya mewanti-wanti ada potensi perlambatan di sisa akhir tahun. Berikut ini merupakan analisa 5 ekonom terkait pencapaian kinerja ekonomi RI di kuartal pertama 2024.
BCA
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 yang mencapai 5,11% didorong oleh kombinasi belanja Pemilu, pembangunan infrastruktur dan pemulihan ekspor, utamanya tembaga.
Sementara itu, peningkatan belanja konsumen di masa Ramadhan dan Lebaran juga memberikan dorongan bagi sektor tertentu seperti makanan dan minuman, perhotelan dan transportasi. Sayangnya, David tidak melihat faktor pendorong serupa di kuartal-kuartal selanjutnya di 2024.
"Kami memandang hasil kuartal pertama sebagai pencapaian tertinggi untuk sementara dan tidak akan terulang lagi di kuartal berikutnya," kata David lewat keterangan tertulis, Senin, (6/5/2024).
Merujuk pada data APBN per Maret 2024, David mengatakan belanja fiskal sudah meningkat mencapai 18% year on year. Namun, penerimaan negara justru terkontraksi sebesar 4,1%. Dia mengatakan dengan terbatasnya ruang fiskal yang ada, maka ruang APBN untuk mendukung pertumbuhan semakin sempit.
"Terutama mengingat meningkatnya biaya subsidi atau kompensasi energi sehubungan dengan kenaikan harga minyak dan depresiasi Rupiah," kata dia.
David juga memprediksi daya beli masyarakat berpenghasilan rendah ke depannya akan melemah seiring dengan kenaikan harga pangan dan barang-barang lainnya. Dia mengatakan konsumsi yang meningkat selama Q1 2024 lebih ditopang oleh belanja bantuan sosial yang dilakukan pemerintah dan impor beras.
"Jika pemerintah tidak siap untuk melanjutkan kebijakan ini, kami memperkirakan kondisi keuangan rumah tangga akan semakin memburuk," kata dia.
Bank Permata
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan pada kuartal I-2024 ditopang oleh pergeseran bulan Ramadhan dari kuartal II ke kuartal I. Dia mengatakan pergeseran itu menyebabkan tingkat konsumsi meningkat dari 4,47% pada Q4 2023 menjadi 4,91% pada Q1 2024.
Selain karena faktor konsumsi makanan yang naik pada saat puasa, dia mengatakan melonjaknya konsumsi juga didorong oleh adanya pembayaran Tunjangan Hari Raya. Namun, kata dia, pertumbuhan sektor yang berkontribusi paling besar pada pertumbuhan ekonomi ini sebenarnya belum pulih benar dari pandemi Covid-19.
"Pertumbuhan konsumsi rumah tangga belum kembali ke tingkat rata-rata sebelum pandemi yaitu sekitar 5% yoy. Faktor utama yang menghambat pertumbuhan ini adalah efek El Nino, yang telah menyebabkan melonjaknya inflasi makanan," kata dia.
Josua mengatakan pada semester pertama tahun ini perekonomian Indonesia akan dihadapkan pada potensi tantangan yang berasal dari faktor internal dan eksternal. Meningkatnya tekanan inflasi bahan makanan dapat berdampak semakin menekan konsumsi rumah tangga. Selain itu, transisi pemerintah dapat mendorong investor mengambil sikap wait and see yang akan mempengaruhi kinerja investasi.
"Selain itu, risiko perlambatan kinerja ekspor akibat perlambatan ekonomi global juga menjadi perhatian. Meskipun demikian, peluang pertumbuhan tetap ada, termasuk peningkatan belanja pemerintah terkait dengan pemilu dan percepatan Proyek Strategis Nasional seperti Ibu Kota Nusantara," kata dia.
Bank Mandiri
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I sesuai dengan prediksi lembaganya. Dia mengatakan capaian kinerja ini ditopang oleh adanya momen Pemilu dan bulan Ramadhan. Dia menilai tantangan sebenarnya akan terjadi pada kuartal II-2024.
Meski demikian, Andry optimistis masih ada harapan dan peluang bahwa kinerja pertumbuhan yang ciamik ini akan berlanjut pada kuartal II 2024. Menurutnya, peluang itu amat tergantung pada data-data perekonomian Amerika Serikat di sisa tahun ini. Apabila data inflasi negeri Paman Sam melambat, maka harapan tentang pemangkasan suku bunga The Fed akan menjadi segar bagi perekonomian RI.
"Itu akan memberikan optimisme bahwa ada capital inflow lagi dan ini akan mereduksi biaya, cost of fund, cost of borrowing harusnya bisa menurun lagi di tahun 2024 dan ini memberikan peluang," kata dia.
Selain itu, dia menilai perekonomian RI pada sisa tahun 2024 akan ditopang oleh optimisme dunia usaha menyambut 2025. Menurut dia, tahun depan pemerintahan yang baru sudah resmi berjalan. Hal tersebut, kata dia, dapat mendorong optimisme pelaku usaha. Dia pun memprediksi pada tahun 2024 tingkat pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5%.
"Kedua, ini ada optimisme bahwa 2025 pertumbuhan ekonomi jadi lebih baik karena setahun setelah Pemilu, ini yang kita bisa mengindikasikan adanya ekspektasi, capex juga seharusnya bisa meningkat. Dengan kondisi seperti itu pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5% tahun ini," katanya.
INDEF
Direktur Eksekutif Institute for Developments of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti pesimistis perekonomian pada kuartal II akan sebaik pada kuartal I. Dia menilai pertumbuhan ekonomi kuartal I 2024 sangat ditopang oleh faktor yang sifatnya musiman seperti Pemilu dan bulan Ramadhan.
Dia mengatakan faktor bulan Ramadhan dan persiapan Lebaran menjadi pendorong meningkatnya konsumsi masyarakat pada Q1 2024. Namun peningkatan konsumsi ini juga ditopang oleh faktor lainnya, yaitu banyaknya bantuan sosial yang diberikan pemerintah.
"Itu yang membuat terdongkrak naik dari sisi konsumsi," kata dia.
Namun, dia mengatakan 'suplemen' perekonomian seperti bansos jelas tidak bisa diberikan terus menerus. Selain itu, faktor-faktor musiman seperti Lebaran dan Pemilu juga sudah rampung. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II akan menurun.
"Faktor seasonal tadi yang tidak ada pemilu lagi, tidak ada lebaran, tidak ada Ramadhan, Itu sudah tidak ada ya Faktor seasonal faktor musiman," katanya.
Faktor kedua yang membuatnya pesimistis pertumbuhan ekonomi bisa sebaik kuartal ini adalah meningkatnya konflik geopolitik, seperti yang terjadi pada Iran dan Israel. Dia menyebut hal tersebut akan menyebabkan harga minyak naik dan akan merembet pada inflasi dalam negeri. Dia mengatakan kurs dollar yang masih fluktuatif juga akan mempengaruhi kemampuan pemerintah dalam memanfaatkan APBN sebagai pelumas perekonomian.
"Pertumbuhan ekonomi itu kan di drive 53% itu dari konsumsi ya, sehingga karena faktor pendorong konsumsinya itu sudah tidak ada dan adanya global shock tadi Itu yang membuat pertumbuhan ekonominya itu juga menurun," katanya.
Maybank Indonesia
Global Market Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I sangat didorong oleh aktivitas domestik, terutama belanja pemerintah. Dia mengatakan pemberian bantuan sosial hingga kenaikan gaji PNS juga memberikan dorongan positif untuk menjaga daya beli masyarakat.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal pertama ini ternyata lebih kuat dari proyeksi kami yang berkisar di 5,06%," kata Myrdal.
Selain belanja pemerintah, dia mengatakan pertumbuhan ini juga ditopang oleh bulan Ramadhan dan Lebaran yang mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi. Belum lagi dengan Pemilu dan kampanye yang memberikan dampak positif pada belanja pemerintah.
Dia mengatakan kinerja investasi juga relatif baik. Ekspor RI, ujar dia, juga memberikan kontribusi, kendati tidak tumbuh terlalu kuat. "Nett ekspor kita bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi tinggi dari proyeksi kami," kata dia.
Dengan kinerja tersebut, Myrdal memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2024 akan mencapai 5,1%. Terlebih apabila ke depannya ada kepastian perkembangan kebijakan moneter global, yakni pemangkasan suku bunga acuan The Fed.
Selain itu, kepastian mengenai pemerintah baru pengganti Presiden Jokowi juga akan memberikan keyakinan pada investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dia mengatakan kepastian itu akan berkontribusi positif bagi perkembangan ekonomi Indonesia.
"Jadi prospek ekonomi kita masih cukup baik untuk tahun ini," katanya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Usai Lebaran & Pemilu, Ekonomi RI Diramal Sulit Capai 5%
