
Jangan Kaget Kalau RI Masuk Jurang Resesi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) adalah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun pandemi akibat virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini kemudian juga menjadi tragedi ekonomi, bahkan dalam skala luar biasa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 11 Juli adalah 12.322.395 orang. Bertambah 220.067 orang (1,82%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Ada kecenderungan yang agak mengkhawatirkan, jumlah kasus corona dalam tiga hari terakhir selalu bertambah lebih dari 200.000. Ini membuat kurva kasus yang sempat melandai jadi melengkung ke atas lagi.
Lonjakan kasus corona terjadi seiring pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di berbagai negara. Maklum, pada April-Mei memang sempat terjadi perlambatan penyebaran virus. Mungkin sudah saatnya memulihkan ekonomi yang mati suri akibat masyarakat yang terpaksa #dirumahaja selama berbulan-bulan.
Namun peningkatan kasus yang signifikan belakangan ini membuat sejumlah negara yang melakukan reopening harus mengubahnya menjadi reclosing. Ya, social distancing kembali diketatkan.
Di India, pemerintah Kota Aurangabad di Negara Bagian Maharashtra menerapkan jam pembatasan aktivitas masyarakat. Kota tersebut menjadi basis produksi pabrikan otomotif Bajaj. Sementara Negara Bagian Uttar Pradesh menerapkan karantina wilayah (lockdown) selama akhir pekan ini.
Di AS, kasus corona kembali 'menggila'. Pada akhir pekan ini, tambahan pasien positif di Negara Bagian Alaska, Georgia, Idaho, Iowa, Louisiana, Montana, Ohio, Utah, dan Wisconsin mencatat rekor tertinggi.
Akibatnya, tambahan kasus corona di AS pun ikut tembus rekor. Pada 10 Juli, pasien positif corona tercatat 3.203.138 orang, bertambah 69.173 orang (2,21%) dibandingkan hari sebelumnya.
Secara nominal, tambahan 69.173 orang adalah yang tertinggi sejak AS mencatatkan kasus perdana pada 21 Januari. Sementara pertumbuhan 2,21% menjadi yang tercepat sejak 7 Mei.
Taman hiburan Disney World di Orlando memang sudah buka kembali pada akhir pekan ini. Namun hampir 19.000 orang (termasuk pegawai Disney World sendiri) menandatangi penundaan pembukaan taman hiburan tersebut, karena khawatir dengan meluasnya penyebaran virus corona.
Awalnya, reopening di berbagai negara (termasuk Indonesia yang melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB) membawa harapan bahwa ekonomi dunia akan pulih mulai paruh kedua 2020. Namun virus corona yang kembali merajalela dan menyebabkan reclosing di mana-mana membuat harapan itu menjadi samar-samar. Selama ancaman virus ini belum hilang, maka jalan menuju kebangkitan ekonomi menjadi sangat tidak pasti.
