Hati-hati, Gelombang PHK Belum Berhenti!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 July 2020 11:22
INFOGRAFIS, Ngeri!, Gelombang PHK Kedua
CNBC Indonesia/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia- Dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terhadap perekonomian dunia masih berlangsung. Butuh waktu lama untuk memperbaiki situasi seperti sebelum pandemi.

Memang ada pertanda bahwa ekonomi mulai bergeliat seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial (social distancing). Misalnya di Amerika Serikat (AS), di mana jumlah klaim tunjangan pengangguran terus turun.

Pada pekan yang berakhir 4 Juli, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran adalah 1,314 juta. Turun 99.000 dibandingkan pekan sebelumnya.

Pada Maret, klaim tunjangan pengangguran menyentuh titik tertinggi sepanjang sejarah yaitu 6,867 juta. Selepas itu, klaim terus menurun meski masih dalam hitungan juta.

Sekilas ada angin segar. Jumlah warga AS yang menggantungkan diri kepada uluran tangan pemerintah berkurang, berarti mereka mulai bekerja kembali.

Akan tetapi, masih ada lebih dari sejuta warga yang belum bisa berdiri sendiri. Perlu waktu yang tidak sebentar untuk membuat mereka kembali bekerja.

"Jangan terkecoh, masalah belum selesai. Pasar tenaga kerja sulit untuk pulih jika dunia usaha masih beranggapan bahwa akan ada gelombang serangan kedua (second wave outbreak) bahkan gelombang ketiga. Ini menjadi beban bagi pemulihan ekonomi, karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih akan terjadi" papar Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.

Sejumlah negara bagian di Negeri Paman Sam telah membuka kembali 'keran' aktivitas masyarakat. Reopening ini membuat ekonomi bergeliat dan lapangan kerja tercipta.

Namun ada risiko besar yang bisa mengubah reopening menjadi reclosing. Seperti yang disampaikan Rupkey, AS sedang berharapan dengan lonjakan kasus corona.

US Centers for Disease Control and Prevention melaporkan, jumlah pasien positif corona per 9 Juli 2020 adalah 3.047.671 orang. Bertambah 64.771 orang (2,17%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Kenaikan jumlah pasien 64.771 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak AS melaporkan kasus perdana pada 21 Januari. Sedangkan laju 2,17% adalah yang tercepat sejak 17 Mei.

Akibatnya, prospek pemulihan ekonomi menjadi buram. Awalnya sempat ada keyakinan ekonomi bakal pulih dengan cepat membentuk pola huruf V (V-Shaped Recovery). Namun dengan lonjakan kasus yang terjadi akhir-akhir ini, keyakinan itu memudar.

"Covid-19 masih ada di sekitar kita. Oleh karena itu, pemulihan ekonomi dengan pola V-Shaped sepertinya menjadi agak sulit," ujar Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel yang berbasis di Virginia (AS), seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular