Bisnis Penerbangan Kolaps

Tak Kuat Lagi Gaji Pilot Rp 70 Juta, Maskapai Pangkas Pekerja

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
03 July 2020 16:00
Maskapai Penerbangan Lion Air. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Maskapai Penerbangan Lion Air. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan Indonesia ramai-ramai memangkas pekerjanya, termasuk para pilot kontrak yang bergaji tinggi sampai Rp 70 juta per bulan.

Efisiensi sumber daya manusia (SDM) tak hanya dilakukan terhadap crew terbang seperti pilot dan pramugari, tetapi juga tenaga lainnya. Hal ini baru saja dilakukan Lion Group yang memangkas 2.600 pekerja kontrak termasuk pilot.

Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menjelaskan bahwa selama ini terdapat tiga skema hubungan kerja antara maskapai dengan pegawai. Selain pegawai tetap, ada pula pegawai berstatus kontrak, yakni melalui perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Selanjutnya, ada pula tenaga outsourcing.

"Outsourcing ini maskapai menerima dari perusahaan provider SDM. Hampir semua maskapai. Karena dia hubungannya maskapai dengan provider (perusahaan penyalur tenaga kerja)," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (3/7/20).

Berdasarkan pengamatan Arista, adanya pandemi Covid-19 berdampak pada tenaga kerja baik pegawai tetap, PKWT, maupun outsourcing. Dampak tersebut beragam, mulai dari pemotongan gaji, cuti tanpa dibayar, hingga penghentian kontrak.

"Ada permanen staf, yang sekarang kebanyakan potong gaji," imbuhnya.

Sedangkan untuk PKWT, dia menjelaskan bahwa sebelum ada pandemi, Indonesia kekurangan tenaga pilot. Karena itu, dia menyebut banyak pilot yang dipekerjakan dengan sistem PKWT.

"Kemarin di Indonesia kalau kondisi normal, kita kekurangan pilot-pilot. Makanya yang pensiunan dikontrak. Usia 58 itu dikontrak sampai usia 65. Memang kalau normal nggak ada Covid-19 kita kurang, nggak ada pilot," bebernya.

Dengan adanya pandemi Covid-19, intensitas terbang berkurang. Ini membuat banyak maskapai kelebihan pilot, sehingga banyak yang mengambilnya langkah menyelesaikan kontrak.

"Karena sekarang yang terbang hanya 30%, maka banyak yang diputus mendadak. Karena mereka kan duduk manis saja gaji Rp 60-70 juta, tidak terbang, maskapai mana yang kuat," urainya.

Selanjutnya, banyak maskapai yang juga tak lagi menggunakan tenaga outsourcing secara masif. Dia menyebut, masing-masing maskapai sebelumnya punya kebutuhan tenaga outsourcing beragam, berkisar antara 2.000-4.000 orang per maskapai.

"Itu hampir semua diberhentikan, jadi kalau semua maskapai bisa sekitar 6.000-7.000 orang. Bukan dirumahkan, tapi diberhentikan," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Kiamat' Kursi Pesawat Nyata, Maskapai Siapkan Skenario Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular