Jangan Gundah, Jangan Gelisah! Kita Bisa Bangkit Semester II

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 June 2020 11:52
Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ancaman gelombang serangan kedua virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), masih ada harapan ekonomi dunia akan pulih pada paruh kedua 2020. Asa ini datang dari proyeksi permintaan energi.

Dalam laporan bulanan edisi Juni 2020, International Energy Agency memperkirakan permintaan minyak dunia pada 2020 adalah 91,7 juta barel/hari. Naik 500.000 barel dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya.

"Terjadi peningkatan permintaan setelah beberapa negara mencabut karantina wilayah (lockdown). Di China, permintaan minyak pulih dengan cepat mulai Maret-April sementara di India permintaan naik tajam pada Mei," sebut laporan IEA.

Pada Mei 2020, impor minyak mentah China tercatat 47,97 juta ton. Naik 18,65% dibandingkan bulan sebelumnya dan 19,24% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, IEA menilai akhir semester I-2020 meninggalkan catatan positif. Berbagai data menunjukkan bahwa permintaan minyak siap meningkat tajam pada bulan-bulan ke depan.

"Peningkatan mobilitas masyarakat mendukung perkiraan ini. Pencabutan lockdown di China membuat permintaan minyak meningkat. Pada semester II-2020, pelonggaran lockdown di negara-negara lain akan lebih mendorong permintaan," tulis laporan IEA.

Pada 2021, IEA memperkirakan permintaan minyak dunia akan naik 5,7 barel/hari menjadi 97,4 juta barel/hari. Meski naik, tetapi masih 2,4 juta barel di bawah permintaan 2019, sebelum pandemi virus corona menyerang.

"Sejauh ini insentif dari OPEC+ (berupa pemangkasan produksi) dan kesepakatan para menteri energi di level G-20 membuat stabilitas pasar minyak dunia terjaga. Jika tren ini berlanjut, maka pasar akan memiliki pijakan yang kuat. Akan tetapi, kita tetap harus mewaspadai ketidakpastian yang masih sangat tinggi," tegas laporan IEA.

Proyeksi IEA bukan tanpa alasan. Aura pemulihan ekonomi dunia memang masih terasa, meski hawa gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona semakin kencang.

Optimisme akan pemulihan ekonomi tersebut tergambar dari ekspektasi pasar terhadap angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur edisi Juni 2020. PMI manufaktur menggambarkan optimisme dan rencana ekspansi dunia usaha.

Konsensus Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Australia pada Juni akan sebesar 49,3. Masih di bawah 50, artinya industriawan belum optimistis, masih cenderung kontraktif. Namun jauh membaik ketimbang pencapaian bulan sebelumnya yang sebesar 44, dan sudah kian dekat dengan angka 50.

Kemudian di Jerman, PMI manufaktur Juni diramal sebesar 41, membaik dibandingkan Mei yakni 36,6. Lalu di Prancis, PMI manufaktur Juni diperkirakan berada di angka 46, naik dari Mei yang sebesar 40,6.

"Aktivitas bisnis menunjukkan kejatuhan pada Mei, tetapi berbagai data menunjukkan pertanda bahwa titik terdalam sudah terjadi. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 kemungkinan masih akan negatif, tetapi peningkatan PMI melahirkan ekspektasi bahwa perlambatan akan terus berkurang seiring pelonggaran lockdown," sebut Chris Williamson, Chief Business Economist di IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Oleh karena itu, jangan membuang harapan bahwa ekonomi akan bangkit pada semester II-2020. Harapan itu tetap ada, asal jangan sampai terjadi second wave outbreak virus corona yang membuat lockdown kembali diterapkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular