Internasional

Industri China Mulai Bangkit Setelah Dihantam Covid

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 June 2020 20:42
In this Tuesday, May 14, 2019, photo, a worker prepares exercise clothes for export at a clothing factory in Quanzhou in southeastern China's Fujian Province. China's factory output and consumer spending weakened in April as a tariff war with Washington intensified, stepping up pressure on Beijing to shore up economic growth. (Chinatopix via AP)
Foto: Ekonomi China Melemah (Chinatopix via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Output pabrik China mencatatkan kenaikan pada Mei 2020 setelah pada bulan sebelumnya juga mencatatkan pertumbuhan. Selain itu, penjualan ritel juga mengalami pemulihan setelah babak belur di awal tahun ini, menurut data resmi yang dirilis Senin (15/6/2020).

Meski ada kenaikan, namun para pejabat mengatakan bahwa pemulihan yang terjadi setelah ekonomi negara itu dihantam virus corona (COVID-19) akan sulit.

Wabah corona yang berasal dari Wuhan telah menekan ekonomi Negeri Tirai Bambu. Di mana pada Januari sampai Maret lalu China telah dipaksa untuk mengunci (lockdown) beberapa kotanya dan berbagai kegiatan bisnis telah terpaksa dibatasi. Akibat itu, China menghadapi resesi pertama dalam beberapa dekade pada awal tahun.

Menurut Biro Statistik Nasional (NBS), output industri tumbuh 4,4% pada Mei, naik dari 3,9% pada April. Ini merupakan kenaikan pertama tahun ini.

Angka itu sedikit lebih rendah dari perkiraan kenaikan 5% dalam survei Bloomberg tetapi merupakan peningkatan tajam jika dibandingkan penurunan 13,5% yang terjadi dalam dua bulan pertama tahun ini.

Sementara itu, penjualan ritel tetap di wilayah negatif, menyusut 2,8% di bulan Mei. Namun, meski masih di wilayah negatif dan lebih buruk dari perkiraan 2%, angka itu jauh lebih baik daripada kontraksi 7,5% yang terjadi pada bulan April.

"Pemulihan beberapa industri dan produk melemah pada bulan Mei," kata Jiang Yuan, wakil direktur departemen industri di NBS, sebagaimana dilaporkan AFP. "Lingkungan eksternal kompleks, dan operasi yang stabil dari ekonomi industri masih menghadapi banyak kesulitan dan ketidakpastian."

Di sisi lain, angka pengangguran China, yang telah naik tahun ini, kembali mencatatkan perbaikan sedikit menjadi 5,9%, dari 6% pada April.

"Sebagian besar kehilangan pekerjaan akibat COVID-19 terjadi di antara pekerja migran, yang tidak diperhitungkan dengan baik dalam survei." kata Martin Rasmussen, ekonom China di Capital Economics.

Namun begitu ia mengatakan ada tanda-tanda bahwa kenaikan angka pekerja migran akan meningkat pada bulan Mei, terutama di sektor konstruksi.

[Gambas:Video CNBC]


(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aduh! Ekonomi China Kayaknya Susah 'Comeback' Nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular