
Neraca Dagang Surplus, Senang Tapi Lebih Banyak Sedihnya

Namun di sisi lain, data ini juga membawa kabar buruk. Ekspor yang ambles sangat dalam membuat prospek pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 menjadi suram.
Pada kuartal I-2020, ekspor masih bisa tumbuh walau tipis saja di 0,24%. Itu tertolong akibat pertumbuhan yang mencapai 12% pada Februari.
Namun dengan kontraksi lebih dari 28% pada Mei, harapan untuk mengulangi pencapaian serupa sangat sulit (kalau tidak mau dibilang mustahil). Ekspor berperan sekitar 17% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dan pada kuartal II-2020 sepertinya potensi itu hilang.
Kemudian di sisi impor, kontraksi sangat dalam terjadi untuk impor bahan baku/penolong dan barang modal. Pada Mei, impor bahan baku/penolong ambrol -43,03% YoY dan barang modal jatuh -40% YoY.
Kelesuan impor bahan baku/penolong dan barang modal menggambarkan kelesuan proses produksi industri nasional. Ini juga mencerminkan keengganan dunia usaha dalam berekspansi, sehingga investasi sepertinya bakal bernasib sama seperti ekspor. Terkontraksi...
Pada kuartal I-2020, investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) masih tumbuh 1,7%. Namun dengan impor bahan baku/penolong dan bahan baku yang turun begitu parah, sepertinya pertumbuhan investasi kuartal II-2020 bakal negatif.
PMTB menyumbang lebih dari 30% terhadap PDB Tanah Air. Jadi kalau PMTB tidak jadi kontributor malah jadi pemberat, maka sulit bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh positif.
Jadi, sepertinya surplus neraca perdagangan yang melimpah pada Mei sulit untuk dirayakan. Sebab data itu seakan menjadi penegas suramnya prospek ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
