Putus dengan Saudi Aramco, Pertamina Ungkap Alasannya

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
05 June 2020 13:26
Kilang Minyak Cilacap. Kilang Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 348 ribu barel/hari atau 33,4% dari total kapasitas kilang nasional. (CNBC Indonesia/Gustidha Budiarti)
Foto: Kilang Minyak Cilacap. Kilang Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 348 ribu barel/hari atau 33,4% dari total kapasitas kilang nasional. (CNBC Indonesia/Gustidha Budiarti)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) buka-bukaan terkait alasan di balik putusnya kerjasama pengembangan Kilang Cilacap dengan Saudi Aramco.

Proyek ini ditujukan untuk peningkatan kapasitas Kilang Cilacap  dari 348 ke 400 ribu barel per hari. Rencana investasi dengan Saudi Aramco pun dijajaki sejak 2014 dengan drama yang berputar-putar, mulai dari masalah insentif sampai harga valuasi yang tak cocok. 

Soal valuasi ini, sempat memanas sejak tahun lalu sebab Aramco diketahui menawar separuh dari valuasi yang disepakati sebelumnya. Investasi ditawar setengah harga, tentu tidak mudah buat Pertamina. Keduanya pun menunjuk konsultan independen dan terus beradu soal nilai valuasi ini. Terakhir nilai ini dikaji sampai April lalu.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan sesuai dengan kesepakatan di akhir tahun lalu, kerjasama Joint Venture Development Agreement (JVDA) sampai akhir April untuk study atas tawaran yang diberikan.

Setelah berkomunikasi intens dengan Saudi Aramco, pada akhir April kemudian menyadari jika Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap penting untuk secepatanya dijalankan.



Menunggu dan digantung sekian lama, akhirnya CEO Aramco menjawab lewat sepucuk surat dan mempersilakan Pertamina untuk bangun kilang Cilacap tanpa mereka. 

"Aramco masih fokus ke hal-hal lain, silahkan lanjutkan. Artinya dengan sadar sepenuhnya mereka tidak bisa bergabung bagun kilang Cilacap," ungkapnya dalam konferensi pers virtual, Jumat, (05/06/2020).

Meski tidak jadi kerjasama untuk proyek kilang Cilacap, tapi Aramco tidak menutup diri untuk bekerjasama di proyek-proyek lain. Pertamina saat ini tengah mencari partner baru, sambil melihat peluang apa-apa saja yang bisa dikerjakan lebih dulu sambil menunggu partner.

"Ini bilamana ada hal-hal projek lain yang bisa dikerjasamakan, kita akan kembali berdiskusi khusus," ungkapnya.

Dalam mencari partner baru, Pertamina akan belajar dari pengalaman gagalnya kerjasama dengan Saudi Aramco. Menurutnya, paska tidak lanjut dengan Aramco, ada peluang untuk melakukan percepatan beberapa proyek seperti yang terkait dengan biorefinery sebagian dari RDMP tersebut.

"Akan lebih cepat juga karena sifatnya modifikasi, kita bangun di Cilacap 2022 bisa operasi 2021 yang biorefenery yang skala kecil. Prioritaskan perbaikan kualitas penuhi standar Euro 5 sambil paralel cari strategic partner," jelasnya.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengatakan partner baru mulai dijajaki Pertamina. Sayangnya Arya juga belum mau menyampaikan siapa partner baru Pertamina dalam mengembangkan Kilang Cilacap menggantikan Saudi Aramco. Arya hanya menyebut jika partner yang sedang dijajaki dari luar negeri.

"Sudah dilakukan penjajakan. Tunggu saja. Luar negeri (partnernya)," ungkapnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu, (27/05/2020).
(gus) Next Article Pertamina Gak Apa-apa Digantung Arab Terus Soal Kilang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular