Penjualan Anjlok Akibat Corona, PLN Revisi RKAP 2020
03 June 2020 17:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Anjloknya penjualan listrik membuat PT PLN (Persero) bakal merevisi rencana kerja tahun ini.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan dampak dari pandemi corona (Covid-19) membuat permintaan di sistem Jawa dan Bali turun sekitar 11%. Kemudian konsumsi listrik di pelanggan bisnis turun 15% dan industri turun 11%.
Meski ada kenaikan konsumsi listrik pada pelanggan rumah tangga, namun tidak bisa menutup daripada penurunan konsumsi dari pelanggan bisnis dan industri. Sehingga perlu adanya penyesuaian rencana kerja Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2020.
"Ini dalam proses untuk kami sampaikan pada pemegang saham, untuk membuat RKAP baru revisi RKAP 2020," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Rabu, (3/06/2020).
Zulkifli belum bisa menyampaikan dampak dari revisi RKAP pada laba dan pendapatan PLN, karena masih harus berdiskusi dengan pemegang saham. Ia mengatakan penurunan demand, harga minyak, peningkatan cost of fund, dan risiko likuiditas akan menjadi masukan dalam melakukan revisi RKAP Tahun 2020 ini.
"Hal penting yang akan dilakukan efisiensi Opex, biaya operasi kita lakukan efisiensi. Kedua optimasi Capex. Perencanaan investasi di 2020 disesuaikan dengan keadaan terakhir akibat Covid-19 ini," ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, terkait dengan laba tahun 2019 masih terhitung cukup baik. Dari sisi pejualan listrik tumbuh 4,8%, pelanggan tumbuh 6,4% menjadi 75,7 juta pelanggan di seluruh Indonesia. Laba usaha meningkat 22,8% menjadi Rp 44,2 triliun.
"Dari sisi efisiensi kami menjaga daripada PLN biaya pokok penyediaan (BPP) 2019 menurun Rp 1.406 per kWh, Rp 1.385 per kWh di tahuh 2019. Dan sebagai hasil dari pembangunan daripada pembangkit, transmisi, dan distribusi dan gardu induk aset PLN 2019 naik 6,2% jadi Rp 1.585 triliun," paparnya.
Berdasarkan catatan tersebut, menurut Zulkifli kinerja tahun 2019 masih terbilang cukup baik. Namun untuk kinerja sampai Maret 2020 menurutnya sudah terdampak daripada Covid-19. Ia menyebut penjualan listrik pada bulan Maret hanya tumbuh 2,36% dibandingkan Maret 2019.
Berdasarkan track record PLN pertumbuhan 2,36% ini terbilang angka yang kecil. Pada Triwulan I ini kurs mulai meningkat dan rupiah melemah, sehingga menambah beban operasi PLN, disamping cost of fund yang meningkat. Sementara di sisi lain biaya energi primer mengalami tren berkebalikan, di mana minyak turun menjadi menjadi US$ 30 per barel dan batu bara juga mengalami penurunan.
"Terima kasih kepada pemeritah yang support keuangan PLN sebaik-baiknya sehingga hal-hal yang di waktu lalu masih merupakan utang pemerintah ke PLN dibayar tahun 2020 ini. Di sektor kelistrikan gas akan turun sesuai dengan sesuai keputusan pemerintah," paparnya.
Zulkifli berharap agar pandemi ini segera berakhir, sehingga pendapatan PLN di Triwulan II dan Triwulan III bisa meningkat dari waktu ke waktu. Menurutnya ada dua strategi bisnis, yakni melakukan intensifikasi peningkatan pendapatan dari pelanggan eksistinng. "Kita harus ada taktik lain yakni menambah jumlah pelangan baru," jelasnya.
(gus)
Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan dampak dari pandemi corona (Covid-19) membuat permintaan di sistem Jawa dan Bali turun sekitar 11%. Kemudian konsumsi listrik di pelanggan bisnis turun 15% dan industri turun 11%.
Meski ada kenaikan konsumsi listrik pada pelanggan rumah tangga, namun tidak bisa menutup daripada penurunan konsumsi dari pelanggan bisnis dan industri. Sehingga perlu adanya penyesuaian rencana kerja Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2020.
"Ini dalam proses untuk kami sampaikan pada pemegang saham, untuk membuat RKAP baru revisi RKAP 2020," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Rabu, (3/06/2020).
Zulkifli belum bisa menyampaikan dampak dari revisi RKAP pada laba dan pendapatan PLN, karena masih harus berdiskusi dengan pemegang saham. Ia mengatakan penurunan demand, harga minyak, peningkatan cost of fund, dan risiko likuiditas akan menjadi masukan dalam melakukan revisi RKAP Tahun 2020 ini.
"Hal penting yang akan dilakukan efisiensi Opex, biaya operasi kita lakukan efisiensi. Kedua optimasi Capex. Perencanaan investasi di 2020 disesuaikan dengan keadaan terakhir akibat Covid-19 ini," ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, terkait dengan laba tahun 2019 masih terhitung cukup baik. Dari sisi pejualan listrik tumbuh 4,8%, pelanggan tumbuh 6,4% menjadi 75,7 juta pelanggan di seluruh Indonesia. Laba usaha meningkat 22,8% menjadi Rp 44,2 triliun.
"Dari sisi efisiensi kami menjaga daripada PLN biaya pokok penyediaan (BPP) 2019 menurun Rp 1.406 per kWh, Rp 1.385 per kWh di tahuh 2019. Dan sebagai hasil dari pembangunan daripada pembangkit, transmisi, dan distribusi dan gardu induk aset PLN 2019 naik 6,2% jadi Rp 1.585 triliun," paparnya.
Berdasarkan catatan tersebut, menurut Zulkifli kinerja tahun 2019 masih terbilang cukup baik. Namun untuk kinerja sampai Maret 2020 menurutnya sudah terdampak daripada Covid-19. Ia menyebut penjualan listrik pada bulan Maret hanya tumbuh 2,36% dibandingkan Maret 2019.
Berdasarkan track record PLN pertumbuhan 2,36% ini terbilang angka yang kecil. Pada Triwulan I ini kurs mulai meningkat dan rupiah melemah, sehingga menambah beban operasi PLN, disamping cost of fund yang meningkat. Sementara di sisi lain biaya energi primer mengalami tren berkebalikan, di mana minyak turun menjadi menjadi US$ 30 per barel dan batu bara juga mengalami penurunan.
"Terima kasih kepada pemeritah yang support keuangan PLN sebaik-baiknya sehingga hal-hal yang di waktu lalu masih merupakan utang pemerintah ke PLN dibayar tahun 2020 ini. Di sektor kelistrikan gas akan turun sesuai dengan sesuai keputusan pemerintah," paparnya.
Zulkifli berharap agar pandemi ini segera berakhir, sehingga pendapatan PLN di Triwulan II dan Triwulan III bisa meningkat dari waktu ke waktu. Menurutnya ada dua strategi bisnis, yakni melakukan intensifikasi peningkatan pendapatan dari pelanggan eksistinng. "Kita harus ada taktik lain yakni menambah jumlah pelangan baru," jelasnya.
Artikel Selanjutnya
Ini Alasan Naiknya Tagihan Listrik, Gegara PLN Salah Catat?
(gus)