
Kenapa New Normal Begitu Penting?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 June 2020 12:57

Oleh karena itu, berbagai negara (termasuk Indonesia) memilih untuk membuka kembali keran aktivitas masyarakat berbalut kenormalan baru alias new normal. Warga sudah boleh berkegiatan, tetapi harus tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan sebagainya.
Walau aktivitas masih terbatas, tetapi bagi ekonomi tentu lebih baik ketimbang orang-orang hanya diam di rumah. Roda ekonomi akan bergulir lagi, lapangan kerja tercipta, dan kemiskinan ditekan.
Namun bukan berarti masyarakat boleh sebebas dulu, ada rambu-rambu yang harus ditaati. Kalau kebablasan, bisa-bisa new normal malah menjadi momentum bagi virus corona untuk melancarkan agresi tahap kedua (second wave outbreak).
Ini yang sepertinya terjadi di Korea Selatan. Pada pertengahan Mei, Negeri Ginseng mulai mengendurkan kebijakan social distancing.
Setelah berbulan-bulan 'terpenjara' di rumah, mungkin sebagian orang melampiaskan kebebasan dengan kelewat batas. Mencari hiburan malam, lupa jaga jarak, lupa jaga kebersihan, dan semacamnya.
Akibatnya, kurva kasus corona di Korea Selatan yang sudah landai menanjak lagi. Kini Korea Selatan terpaksa kembali bergulat untuk memerangi virus corona, kemenangan terpaksa tertunda karena new normal yang kelewat casual.
Oleh karena itu, berbagai negara yang ingin menerapkan new normal harus waspada. New normal adalah ujian yang sebenarnya, tempat di mana kedisiplinan dan hawa nafsu ditempa. Kalau gagal dalam ujian ini, maka bakal butuh waktu yang semakin lama untuk 'berdamai' dengan virus corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Walau aktivitas masih terbatas, tetapi bagi ekonomi tentu lebih baik ketimbang orang-orang hanya diam di rumah. Roda ekonomi akan bergulir lagi, lapangan kerja tercipta, dan kemiskinan ditekan.
Namun bukan berarti masyarakat boleh sebebas dulu, ada rambu-rambu yang harus ditaati. Kalau kebablasan, bisa-bisa new normal malah menjadi momentum bagi virus corona untuk melancarkan agresi tahap kedua (second wave outbreak).
Ini yang sepertinya terjadi di Korea Selatan. Pada pertengahan Mei, Negeri Ginseng mulai mengendurkan kebijakan social distancing.
Setelah berbulan-bulan 'terpenjara' di rumah, mungkin sebagian orang melampiaskan kebebasan dengan kelewat batas. Mencari hiburan malam, lupa jaga jarak, lupa jaga kebersihan, dan semacamnya.
Akibatnya, kurva kasus corona di Korea Selatan yang sudah landai menanjak lagi. Kini Korea Selatan terpaksa kembali bergulat untuk memerangi virus corona, kemenangan terpaksa tertunda karena new normal yang kelewat casual.
Oleh karena itu, berbagai negara yang ingin menerapkan new normal harus waspada. New normal adalah ujian yang sebenarnya, tempat di mana kedisiplinan dan hawa nafsu ditempa. Kalau gagal dalam ujian ini, maka bakal butuh waktu yang semakin lama untuk 'berdamai' dengan virus corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular