Gambaran Dahsyatnya Corona Menghantam Industri Penerbangan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 May 2020 14:19
Maskapai Penerbangan Lion Air. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Maskapai Penerbangan Lion Air. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua maskapai penerbangan Indonesia, Lion Air dan Citilink, menghentikan operasional untuk sementara sambil bersiap menghadapi era new normal. Operasional tetap berlangsung, namun aspek kesehatan tetap diperhatikan.

Permintaan di sektor penerbangan anjlok akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang memukul keras industri ini di seluruh dunia.

"Citilink sedang setop operasi saat ini sampai dengan 31 Mei 2020 mendatang. Terhitung sejak 22 Mei lalu, dan sudah sejak awal exemption flight diberlakukan (7 Mei) kita rencanakan tidak terbang di fase setelah 22 Mei sampai 31 Mei," kata Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra, kepada CNBC Indonesia, kemarin.

Citilink berencana kembali mengudara pada 1 Juni. Sebelum itu, anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tersebut akan melakukan berbagai persiapan seperti pre-in, hingga post flight dalam rangka menghadapi new normal.

"Proses ini merupakan bagian dari kepedulian Citilink untuk kesehatan dan keselamatan penumpang serta bagian dukungan Citilink bagi kebijakan pemerintah," kata Direktur Utama Citilink, Juliandra, dalam keterangan resmi, hari ini.


Sementara Lion Air berpandangan, banyak calon penumpang yang terpaksa batal terbang karena tidak memenuhi syarat wajib protokol kesehatan. Calon penumpang belum sepenuhnya mengetahui dan memahami bagaimana dokumen-dokumen perjalanan dipenuhi dan di mana calon penumpang mendapatkannya. Menurut Danang Prihantoro, Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, pihaknya juga harus menjaga serta memastikan kondisi kesehatan fisik dan jiwa seluruh karyawan berada dalam keadaan baik, pasca operasional sebelumnya.

"Lion Air Group berkesimpulan berdasarkan kondisi di atas, bahwa masih dibutuhkan waktu agar para calon penumpang lebih mengetahui dan melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat udara, sehingga Lion Air Group memutuskan untuk melakukan sosialisasi yang lebih intensif melalui website dan kantor-kantor cabang serta menghentikan sementara operasional penerbangan selama 5 (lima) hari, yaitu mulai 27 Mei sampai dengan 31 Mei 2020," kata dalam keterangan tertulis.


Sejak awal penyebaran virus corona, industri penerbangan memang yang terpukul paling depan. Berbagai negara menutup seluruh pintu perbatasan bagi warga negara asing demi mencegah penularan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini.

[Gambas:Video CNBC]



Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Maret 2020 adalah 470.896. Anjlok 45,5% dibandingkan bulan sebelumnya dan 64,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.




Jumlah penumpang penerbangan internasional pun rontok. Pada Maret 2020, penumpang penerbangan internasional yang menuju Indonesia adalah 0,56 juta orang. Ambles 50,44% dibandingkan bulan sebelumnya dan 63,84% ketimbang Maret 2019.

Tidak hanya penerbangan internasional, jumlah penumpang rute domestik juga turun drastis. Pada Maret 2020, jumlah penumpang penerbangan domestik tercatat 4,58 juta orang. Turun 20,84% dibandingkan bulan sebelumnya dan 24,09% dibandingkan periode yang sama pada 2019.

Sebab pembatasan kedatangan tidak hanya berlaku buat orang asing. Seiring pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pergerakan manusia antar-daerah pun tidak bisa sembarangan. Hanya yang punya kepentingan maha-penting saja yang bisa melakukan mobilitas antar-kota antar-provinsi.



Berbagai data di atas menunjukkan betapa beratnya masalah industri penerbangan. Jumlah penumpang merosot dalam, sementara berbagai komponen biaya terus berjalan seperti sewa pesawat, perawatan, sampai upah pekerja.

Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami masalah ini. Seluruh maskapai di dunia pun ikut merasakannya karena virus corona adalah pandemi global.

All Nippon Airways (ANA) misalnya. Maskapai asal Jepang ini tinggal mengoperasikan 59,6% dari armadanya.



Begitu pula maskapai penerbangan Thailand, Thai Airways. Per April 2020, maskapai ini hanya menyisakan 178 unit pesawat yang masih beroperasi. Pada masa jayanya, Thai Airways mengoperasikan lebih dari 8.000 unit pesawat.




TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Bukti Kejamnya VOC Zaman Now: Hancurkan Bisnis Penerbangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular