Ingat! New Normal Tak Bisa Langsung Bikin Bisnis Tancap Gas

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
28 May 2020 19:32
Pengunjung saat membeli makanan di Mall Summarecon Bekasi, Selasa (26/5). Pantauan CNBC Indonesia Summarecon Mall Bekasi hingga kini masih beroperasi secara terbatas imbas pandemi COVID-19. Hanya toko makanan dan farmasi yang buka di pusat perbelanjaan ini. Namun untuk gerai makanan tidak melayani makan di tempat. Usai Presiden RI Jokowi meninjau  mall Summarecon dalam waktu dekat siap beroperasi secara penuh karena kasus positif virus Corona di wilayah tersebut sudah landai dan dikategorikan zona hijau. Nantinya pengunjung mal bakal dibatasi hanya 50% dari kapasitas normal. Begitu pula dengan gerai-gerai yang ada di dalamnya, kapasitasnya hanya boleh 50% dari kondisi normal. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Pusat Perbelanjaan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku usaha menyambut positif rencana pemerintah untuk skema new normal. Skema tersebut diyakini bakal membuat ekonomi kembali berjalan, termasuk daya beli meningkat karena masyarakat yang bisa kembali bekerja. Namun perlu digarisbawahi, jalannya bisnis bisa langsung tancap gas.

"Di awal akan mengakibatkan produktivitas akan tidak bisa sama seperti sebelum Covid-19. Namun dengan waktu, selanjutnya akan menemukan produktivitas yang sama dengan sebelum Covid-19," kata Wakil Ketua Umum Bidang Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan Benny Soetrisno, kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/5).

Misalnya di sektor makanan dan minuman, Anggota Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Thomas Darmawan pun merasa ekonomi maupun jalannya bisnis tidak bisa langsung menanjak, melainkan bergerak secara pelan.



"Ya (ekonomi bergerak) tapi nggak sekarang, mungkin kuartal 4. Kuartal 3 ini ada emang orang-orang punya uang, tapi sebagian besar dari golongan menengah jumlahnya banyak, sekitar 40% ini kan income berkurang, lembur ngga ada. Banyak kena PHK (pemutusan hubungan kerja), otomatis berkurang," katanya.

Dampak terganggunya pendapatan membuat sebagian masyarakat menjadi lebih irit dalam hal finansial. Imbasnya, daya beli masyarakat ikut menurun. Industri mamin diprediksi hanya tumbuh 4-5% pada tahun ini. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding tahun 2019, yang berhasil tumbuh 7,95%.

Penurunan ini disumbang oleh pertumbuhan pada Q1, yang hanya berhasil tumbuh 3,94%. Bahkan penurunan ini sudah tertebak apabila berkaca pada pertumbuhan sektor konsumsi PDB Q1 yang hanya mencapai 2,84%. Thomas meyakini, imbas dari skema the new normal maka sektor industri makanan akan kembali naik.

"Industri ini akan kembali pulih tapi pada bulan Juni, Juli, Agustus masih pemulihan. Akan mulai terasa di akhir tahun," paparnya.

Padahal sebelumnya, Industri makanan dan minuman (mamin) yang awalnya diprediksi kuat menahan pandemi corona justru sebaliknya. Pertumbuhan industri ini malah menunjukkan perlambatan cukup dalam meski ada Lebaran.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Live Now! Hidup 'New Normal', Apa Pengusaha Siap?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular