
Ingat! New Normal Tak Bisa Langsung Bikin Bisnis Tancap Gas
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
28 May 2020 19:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku usaha menyambut positif rencana pemerintah untuk skema new normal. Skema tersebut diyakini bakal membuat ekonomi kembali berjalan, termasuk daya beli meningkat karena masyarakat yang bisa kembali bekerja. Namun perlu digarisbawahi, jalannya bisnis bisa langsung tancap gas.
"Di awal akan mengakibatkan produktivitas akan tidak bisa sama seperti sebelum Covid-19. Namun dengan waktu, selanjutnya akan menemukan produktivitas yang sama dengan sebelum Covid-19," kata Wakil Ketua Umum Bidang Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan Benny Soetrisno, kepada CNBCÂ Indonesia, Kamis (28/5).
Misalnya di sektor makanan dan minuman, Anggota Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Thomas Darmawan pun merasa ekonomi maupun jalannya bisnis tidak bisa langsung menanjak, melainkan bergerak secara pelan.
"Ya (ekonomi bergerak) tapi nggak sekarang, mungkin kuartal 4. Kuartal 3 ini ada emang orang-orang punya uang, tapi sebagian besar dari golongan menengah jumlahnya banyak, sekitar 40% ini kan income berkurang, lembur ngga ada. Banyak kena PHK (pemutusan hubungan kerja), otomatis berkurang," katanya.
Dampak terganggunya pendapatan membuat sebagian masyarakat menjadi lebih irit dalam hal finansial. Imbasnya, daya beli masyarakat ikut menurun. Industri mamin diprediksi hanya tumbuh 4-5% pada tahun ini. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding tahun 2019, yang berhasil tumbuh 7,95%.
Penurunan ini disumbang oleh pertumbuhan pada Q1, yang hanya berhasil tumbuh 3,94%. Bahkan penurunan ini sudah tertebak apabila berkaca pada pertumbuhan sektor konsumsi PDB Q1 yang hanya mencapai 2,84%. Thomas meyakini, imbas dari skema the new normal maka sektor industri makanan akan kembali naik.
"Industri ini akan kembali pulih tapi pada bulan Juni, Juli, Agustus masih pemulihan. Akan mulai terasa di akhir tahun," paparnya.
Padahal sebelumnya, Industri makanan dan minuman (mamin) yang awalnya diprediksi kuat menahan pandemi corona justru sebaliknya. Pertumbuhan industri ini malah menunjukkan perlambatan cukup dalam meski ada Lebaran.
(hoi/hoi) Next Article Live Now! Hidup 'New Normal', Apa Pengusaha Siap?
"Di awal akan mengakibatkan produktivitas akan tidak bisa sama seperti sebelum Covid-19. Namun dengan waktu, selanjutnya akan menemukan produktivitas yang sama dengan sebelum Covid-19," kata Wakil Ketua Umum Bidang Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan Benny Soetrisno, kepada CNBCÂ Indonesia, Kamis (28/5).
Misalnya di sektor makanan dan minuman, Anggota Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Thomas Darmawan pun merasa ekonomi maupun jalannya bisnis tidak bisa langsung menanjak, melainkan bergerak secara pelan.
"Ya (ekonomi bergerak) tapi nggak sekarang, mungkin kuartal 4. Kuartal 3 ini ada emang orang-orang punya uang, tapi sebagian besar dari golongan menengah jumlahnya banyak, sekitar 40% ini kan income berkurang, lembur ngga ada. Banyak kena PHK (pemutusan hubungan kerja), otomatis berkurang," katanya.
Dampak terganggunya pendapatan membuat sebagian masyarakat menjadi lebih irit dalam hal finansial. Imbasnya, daya beli masyarakat ikut menurun. Industri mamin diprediksi hanya tumbuh 4-5% pada tahun ini. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding tahun 2019, yang berhasil tumbuh 7,95%.
Penurunan ini disumbang oleh pertumbuhan pada Q1, yang hanya berhasil tumbuh 3,94%. Bahkan penurunan ini sudah tertebak apabila berkaca pada pertumbuhan sektor konsumsi PDB Q1 yang hanya mencapai 2,84%. Thomas meyakini, imbas dari skema the new normal maka sektor industri makanan akan kembali naik.
"Industri ini akan kembali pulih tapi pada bulan Juni, Juli, Agustus masih pemulihan. Akan mulai terasa di akhir tahun," paparnya.
Padahal sebelumnya, Industri makanan dan minuman (mamin) yang awalnya diprediksi kuat menahan pandemi corona justru sebaliknya. Pertumbuhan industri ini malah menunjukkan perlambatan cukup dalam meski ada Lebaran.
(hoi/hoi) Next Article Live Now! Hidup 'New Normal', Apa Pengusaha Siap?
Most Popular