Ekonomi AS Diramal -42%, Awas Trump Bakal Ngamuk ke China!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 May 2020 06:12
Presiden Amerika Serikat Donald Trump  (AP Photo/Andrew Harnik)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP Photo/Andrew Harnik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/COVID-19) tidak main-main. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini bisa membuat kemajuan ekonomi yang dicapai selama puluhan tahun lenyap begitu saja.

Sejak merebak pada pekan keempat Januari 2020, virus corona menyebar dengan sangat cepat dan luas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 17 Mei 2020 mencapai 4.529.027 orang.

Berawal dari China, virus corona sudah menyebar ke lebuh dari 200 negara dan teritori. Hampir tidak ada tempat yang aman lagi.

coronaWHO


Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia. Per 17 Mei 2020, laporan WHO menyebutkan jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya adalah 1.409.452 orang. Artinya, hampir satu dari tiga pasien positif corona di dunia adalah warga negara AS.

Terjangan virus corona yang membabi-buta membuat pemerintah AS terpaksa menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Perbatasan wilayah negara ditutup, sekolah diliburkan, kantor dan pabrik tidak beroperasi untuk sementara, restoran tidak boleh melayani makan-minum di tempat, pusat perbelanjaan tidak boleh buka, dan sebagainya. Pokoknya segala bentuk aktivitas yang menciptakan kerumunan manusia tidak diizinkan.

Kebijakan ini bertujuan untuk menyelamatkan ribuan bahkan jutaan orang. Namun 'tagihan' yang datang tidak murah, ekonomi AS mengerut karena orang-orang hanya #stayhome. Aktivitas ekonomi lumpuh, bahkan boleh dibilang mati suri.

Pada kuartal I-2020, ekonomi AS terkontraksi (tumbuh negatif) -4,8% secara kuartalan yang disetahunkan atau annualized. Ini menjadi catatan terendah sejak Depresi Besar pada 1930-an.

Namun 'kegilaan' yang sesungguhnya akan terjadi pada kuartal II-2020. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam proyeksi terbarunya memperkirakan ekonomi AS bakal -42,8! Kalau kejadian, maka ini adalah catatan terendah sepanjang sejarah.




"Permodelan di GDPNow pada 15 Mei 2020 memperkirakan ekonomi pada kuartal II-2020 akan terkontraksi -42,8%, dari sebelumnya -34,9% pada perkiraan 8 Mei 2020. Perubahan ini seiring rilis data terbaru yaitu Personal Consumption Expenditure (preferensi The Fed dalam membaca inflasi) dan pertumbuhan investasi yang melambat," sebut keterangan tertulis The Fed Atlanta.

Ekonomi yang menyusut membuat penciptaan lapangan kerja tentu berkurang. Akibatnya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menyapu Negeri Adidaya.

Pada April 2020, tingkat pengangguran AS mencapai 14,7%. Ini adalah yang tertinggi sejak Perang Dunia II.

Goldman Sachs memperingatkan bahwa angka itu belum puncaknya. Salah satu bank terbesar di AS ini memperkirakan tingkat pengangguran di AS bisa mencapai 25%. Kalau itu terwujud, maka akan menjadi catatan terburuk sepanjang sejarah karena saat Depresi Besar saja tingkat pengangguran paling mentok adalah 24,9% pada 1933.

 


[Gambas:Video CNBC]



Ekonomi AS di ambang kerontokan. Kerja keras selama puluhan tahun menguap dalam hitungan bulan dan AS kembali ke masa kegelapan seperti 1930-an...

Nestapa kesehatan, kemanusiaan, ekonomi, dan sosial yang dialami AS membuat Presiden Donald Trump meradang. Trump, seperti beberapa pemimpin negara-negara lain, mendesak agar China bertanggung jawab atas kekacauan yang disebabkan oleh wabah virus corona.


Bahkan saking marahnya, Trump sampai malas berbicara dengan Presiden China Xi Jinping. Tidak hanya itu, Trump juga mengancam akan memutus seluruh hubungan dengan China.

"Ada banyak hal yang bisa kami lakukan. Kami bisa saja memutus seluruh hubungan. Jika kami melakukan itu, apa yang akan terjadi? Kami akan menghemat US$ 500 miliar (impor AS dari China)," tegas Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menambahkan bahwa wajar jika bosnya khawatir. China ditengarai tidak transparan soal data dan penanganan virus corona sehingga menjadi pandemi global, yang dampak terbesarnya dialami oleh AS.

"Bapak Presiden sangat cemas, beliau mempertimbangkan seluruh opsi. Kami tentu sangat cemas dengan dampak virus ini terharap perekonomian, lapangan kerja, dan kesehatan rakyat AS. Bapak Presiden akan melakukan apa saja untuk melindungi ekonomi dan pekerja AS," kata Mnuchin, seperti diwartakan Reuters.


Kalau ekonomi AS benar-benar terkontraksi -42,8% seperti yang diramal The Fed Atlanta, maka sangat mungkin Trump akan bertambah berang. China hampir pasti jadi sasaran kemarahan itu.

Beberapa waktu lalu, Trump mengungkapkan dirinya membuka opsi untuk kembali mengenakan bea masuk terhadap importasi produk-produk made in China. Sesuatu yang bisa membuat api perang dagang berkobar kembali.

Pemerintahan Trump juga disebut-sebut tengah menyusun rancangan undang-undang pertanggungjawaban virus corona (COVID-19 Accountabilty Act) yang menyasar China. Undang-undang itu katanya mengatur sejumlah sanksi seperti pembekuan aset warga negara dan perusahaan China di AS, larangan masuk dan pencabutan visa, larangan individu dan perusahaan China untuk mendapatkan kredit, sampai melarang perusahaan China untuk mencatatkan saham di bursa AS.

Selain penyebaran virus corona, pelaku pasar (dan seluruh dunia) kini juga harus berhati-hati terhadap memanasnya hubungan AS-China. Perang dagang, perang investasi, bahkan sampai Perang Dunia III adalah risiko yang harus diwaspadai.

Kepada 2020 yang terhormat. Sebenarnya apa masalah Anda...?



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular