
Ekonomi AS Diramal -42%, Awas Trump Bakal Ngamuk ke China!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 May 2020 06:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/COVID-19) tidak main-main. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini bisa membuat kemajuan ekonomi yang dicapai selama puluhan tahun lenyap begitu saja.
Sejak merebak pada pekan keempat Januari 2020, virus corona menyebar dengan sangat cepat dan luas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 17 Mei 2020 mencapai 4.529.027 orang.
Berawal dari China, virus corona sudah menyebar ke lebuh dari 200 negara dan teritori. Hampir tidak ada tempat yang aman lagi.
Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia. Per 17 Mei 2020, laporan WHO menyebutkan jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya adalah 1.409.452 orang. Artinya, hampir satu dari tiga pasien positif corona di dunia adalah warga negara AS.
Terjangan virus corona yang membabi-buta membuat pemerintah AS terpaksa menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Perbatasan wilayah negara ditutup, sekolah diliburkan, kantor dan pabrik tidak beroperasi untuk sementara, restoran tidak boleh melayani makan-minum di tempat, pusat perbelanjaan tidak boleh buka, dan sebagainya. Pokoknya segala bentuk aktivitas yang menciptakan kerumunan manusia tidak diizinkan.
Kebijakan ini bertujuan untuk menyelamatkan ribuan bahkan jutaan orang. Namun 'tagihan' yang datang tidak murah, ekonomi AS mengerut karena orang-orang hanya #stayhome. Aktivitas ekonomi lumpuh, bahkan boleh dibilang mati suri.
Pada kuartal I-2020, ekonomi AS terkontraksi (tumbuh negatif) -4,8% secara kuartalan yang disetahunkan atau annualized. Ini menjadi catatan terendah sejak Depresi Besar pada 1930-an.
Namun 'kegilaan' yang sesungguhnya akan terjadi pada kuartal II-2020. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam proyeksi terbarunya memperkirakan ekonomi AS bakal -42,8! Kalau kejadian, maka ini adalah catatan terendah sepanjang sejarah.
"Permodelan di GDPNow pada 15 Mei 2020 memperkirakan ekonomi pada kuartal II-2020 akan terkontraksi -42,8%, dari sebelumnya -34,9% pada perkiraan 8 Mei 2020. Perubahan ini seiring rilis data terbaru yaitu Personal Consumption Expenditure (preferensi The Fed dalam membaca inflasi) dan pertumbuhan investasi yang melambat," sebut keterangan tertulis The Fed Atlanta.
Ekonomi yang menyusut membuat penciptaan lapangan kerja tentu berkurang. Akibatnya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menyapu Negeri Adidaya.
Pada April 2020, tingkat pengangguran AS mencapai 14,7%. Ini adalah yang tertinggi sejak Perang Dunia II.
Goldman Sachs memperingatkan bahwa angka itu belum puncaknya. Salah satu bank terbesar di AS ini memperkirakan tingkat pengangguran di AS bisa mencapai 25%. Kalau itu terwujud, maka akan menjadi catatan terburuk sepanjang sejarah karena saat Depresi Besar saja tingkat pengangguran paling mentok adalah 24,9% pada 1933.
Sejak merebak pada pekan keempat Januari 2020, virus corona menyebar dengan sangat cepat dan luas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 17 Mei 2020 mencapai 4.529.027 orang.
Berawal dari China, virus corona sudah menyebar ke lebuh dari 200 negara dan teritori. Hampir tidak ada tempat yang aman lagi.
![]() |
Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia. Per 17 Mei 2020, laporan WHO menyebutkan jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya adalah 1.409.452 orang. Artinya, hampir satu dari tiga pasien positif corona di dunia adalah warga negara AS.
Terjangan virus corona yang membabi-buta membuat pemerintah AS terpaksa menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Perbatasan wilayah negara ditutup, sekolah diliburkan, kantor dan pabrik tidak beroperasi untuk sementara, restoran tidak boleh melayani makan-minum di tempat, pusat perbelanjaan tidak boleh buka, dan sebagainya. Pokoknya segala bentuk aktivitas yang menciptakan kerumunan manusia tidak diizinkan.
Kebijakan ini bertujuan untuk menyelamatkan ribuan bahkan jutaan orang. Namun 'tagihan' yang datang tidak murah, ekonomi AS mengerut karena orang-orang hanya #stayhome. Aktivitas ekonomi lumpuh, bahkan boleh dibilang mati suri.
Pada kuartal I-2020, ekonomi AS terkontraksi (tumbuh negatif) -4,8% secara kuartalan yang disetahunkan atau annualized. Ini menjadi catatan terendah sejak Depresi Besar pada 1930-an.
Namun 'kegilaan' yang sesungguhnya akan terjadi pada kuartal II-2020. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam proyeksi terbarunya memperkirakan ekonomi AS bakal -42,8! Kalau kejadian, maka ini adalah catatan terendah sepanjang sejarah.
"Permodelan di GDPNow pada 15 Mei 2020 memperkirakan ekonomi pada kuartal II-2020 akan terkontraksi -42,8%, dari sebelumnya -34,9% pada perkiraan 8 Mei 2020. Perubahan ini seiring rilis data terbaru yaitu Personal Consumption Expenditure (preferensi The Fed dalam membaca inflasi) dan pertumbuhan investasi yang melambat," sebut keterangan tertulis The Fed Atlanta.
Ekonomi yang menyusut membuat penciptaan lapangan kerja tentu berkurang. Akibatnya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menyapu Negeri Adidaya.
Pada April 2020, tingkat pengangguran AS mencapai 14,7%. Ini adalah yang tertinggi sejak Perang Dunia II.
Goldman Sachs memperingatkan bahwa angka itu belum puncaknya. Salah satu bank terbesar di AS ini memperkirakan tingkat pengangguran di AS bisa mencapai 25%. Kalau itu terwujud, maka akan menjadi catatan terburuk sepanjang sejarah karena saat Depresi Besar saja tingkat pengangguran paling mentok adalah 24,9% pada 1933.
Next Page
Trump Bakal Makin Berang
Pages
Most Popular