WHO: Waspada Sindrom Baru Corona Mengintai Anak-anak

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
18 May 2020 16:07
Health workers wearing protective suits holds signs beside a 16-day-old baby who recovered from COVID-19 as he is discharged from the National Children's Hospital in Quezon city, Metro Manila, Philippines during a continuing enhanced community quarantine to prevent the spread of the new coronavirus on Tuesday, April 28, 2020. The baby nicknamed
Foto: Seorang ayah membawa putranya yang berusia 16 hari dijuluki Kobe, setelah bayinya pulih dari COVID-19 dan dikeluarkan di Rumah Sakit Anak Nasional di kota Quezon, Metro Manila, Filipina AP/Aaron Favila
Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sedang menyelidiki sindrom peradangan baru dan langka yang mengjangkiti ratusan anak-anak belakangan ini, diduga disebabkan oleh virus covid-19. 


Organisasi PBB itu mengatakan sedang mengumpulkan lebih banyak data dari seluruh dunia untuk lebih memahami sindrom, yang dapat menyebabkan beberapa kegagalan organ dan menyerupai sindrom syok toksik dan penyakit Kawasaki, dimana ini merupakan peradangan langka pada pembuluh darah  yang biasanya mempengaruhi anak-anak kecil.


Anak-anak belum dianggap sebagai kelompok berisiko tinggi untuk Covid-19, tapi di AS dan China jumlah kasus anak sudah mencapai 2%.

Mereka yang terinfeksi covid-19 umumnya menunjukkan gejala yang lebih ringan daripada orang dewasa dan tidak dianggap sebagai penular utama penyakit ini.

Sementara, hanya ada sejumlah kecil kasus sindrom inflamasi parah sejauh ini, WHO telah menyerukan layanan kesehatan di seluruh dunia untuk berbagi data tentang kasus-kasus potensial dari apa yang disebutnya sindrom inflamasi multisistem.




"Saya meminta semua dokter di seluruh dunia untuk bekerja dengan otoritas nasional Anda dan WHO untuk waspada dan lebih memahami sindrom ini pada anak-anak," kata direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Adapun gejalanya meliputi demam, ruam dan tanda-tanda peradangan pada tangan, mulut, atau kaki, hipotensi atau syok, masalah pencernaan, kelainan pada jantung atau pembuluh darah.

Laporan awal menunjukkan bahwa sindrom ini mungkin terkait dengan Covid-19, tetapi ini belum dikonfirmasi.

Rumah sakit di provinsi Bergamo Italia  melaporkan terdapat 30 kali kenaikan kasus mirip penyakit Kawasaki dalam sebulan. Dari 10 pasien yang didiagnosis, 8 dinyatakan positif corona.

Semua delapan anak yang terinfeksi kemudian dites positif antibodi Covid-19. Kemungkinan kasus lain juga telah dilaporkan di Prancis dan Spanyol.

Di Amerika Serikat ditemukan 102 kasus anak-anak dengan gejala peradangan tersebut. Tiga di antaranya meninggal dunia

WHO mengatakan spektrum dari penyakit itu masih belum jelas, dan belum pasti apakah distribusi geografis di Eropa dan Amerika Utara mencerminkan pola yang sebenarnya, atau apakah kondisinya belum diakui di tempat lain. 

 "Tidak ada yang mengharapkan untuk melihat ini pada anak-anak, ini merupakan penemuan yang tidak terduga, tetapi kami hanya sekitar lima bulan setelah wabah masih relatif dini, kami masih belajar tentang (virus)," kata Sanjaya Senanayake, seorang spesialis penyakit menular dan profesor di Universitas Nasional Australia.

[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Vaksin Imunisasi Terhambat Corona, Anak-Anak Dalam Bahaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular