Pertumbuhan Kasus Covid-19 di DKI Menurun, Siap New Normal?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 May 2020 13:43
Ilustrasi Pulang Kerja (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Pulang Kerja (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Banyak masyarakat Indonesia yang sudah ingin lepas dari kungkungan dan paksaan harus tinggal di dalam rumah. Masing-masing memiliki berbagai alasan mulai dari penat dan bosan hingga untuk tujuan lain yang lebih urgent yakni menyambung kesibukan.

Sebagai masyarakat kota metropolitan yang saban harinya diwarnai dengan hiruk pikuk dan kemacetan ibu kota, hidup normal kembali adalah hal yang sangat didambakan. Namun, untuk hidup normal lagi ada syarat yang harus dipenuhi.

The New Normal baru bisa dilakukan ketika intervensi di sektor kesehatan sudah menunjukkan bahwa wabah sudah dapat dijinakkan dengan baik. Terkait apakah ada patokan angka yang jelas memang tidak ada.

Namun jika berkaca dari China dan Korea Selatan yang sudah deklarasi kemenangan lawan Covid-19, mereka baru melonggarkan pembatasan ketika jumlah kasus baru yang dilaporkan menyentuh angka satu digit. Itu pun pembatasan dilonggarkan secara bertahap dan mereka masih harus waspada karena ancaman gelombang kedua masih mengintai.

Nah kalau lihat syaratnya ini saja sebenarnya RI belum bisa dikatakan berhasil 'menjinakkan' musuh mikroskopik yang ganas. Jumlah kasus di Indonesia per harinya mengalami fluktuasi, begitu juga dengan yang dialami DKI Jakarta.



Jumlah tes COvid-19 yang dilakukan Indonesia masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Per 11 Mei saja, tes corona yang dilakukan di RI baru 0,45 orang per 1000 populasi. Masih jauh ketinggalan dari Malaysia dan Thailand yang masing-masing mengetes 8,22 & 1,5 orang per 1000 populasi.

Jumlah sampel untuk tes yang terlalu sedikit dikhawatirkan membuat banyak kasus menjadi tak terdeteksi, terutama yang sifatnya asimptomatik atau tanpa gejala. Diagnosis berdasarkan keluhan saja terbukti sangat tidak efektif untuk mengidentifikasi apakah seseorang positif terjangkit atau tidak.

Pasalnya lagi yang lebih mengerikan adalah banyak kasus asimptomatik ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Padahal lebih dari setengah populasi di Indonesia termasuk ke dalam usia muda. 

Jadi apakah pertumbuhan kasus di DKI melambat sehingga pelonggaran dapat dilakukan, rasanya terlalu dini untuk mengambil kesimpulan tersebut. Kita masih perlu bersabar.

[Gambas:Video CNBC]



(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular