Penerapan PSBB

Matahari & Ramayana Buka Lagi, Tanah Abang Belum Jelas Kapan

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
13 May 2020 19:53
Pengunjung memilih busana muslim yang di jual di sentra perdagangan tekstil, Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (14/1/2018). Beragam model busana muslim di tawarkan dengan kisaran harga Rp 180.000 hingga Rp 350.000. Soal banyaknya lapak penjual baju secara online, pedagang justru merasa diuntungkan, karena tak sedikit pelanggannya yang saat ini menjadi reseller secara online.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbas penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak 10 April lalu, sejumlah blok yang berjualan pakaian berada di pasar Tanah Abang harus ditutup hingga 22 Mei 2020. Namun, periode tersebut tak mungkin dibuka karena sudah menjelang Hari Raya.

Di sisi lain, toko-toko retail pakaian moderen seperti Ramayana hingga Matahari sudah mulai operasi tapi tidak di Jakarta. Sebanyak 10 gerai Matahari sudah mulai dibuka di seluruh Indonesia. Di wilayah Bogor, Depok, Tagerang dan Bekasi (Bodetabek), gerai Matahari sudah ada yang uji coba dan persiapan buka.

"Jika dibuka tanggal 23 Mei rasanya tidak mungkin karena 24 Mei sudah Idul Fitri," kata Ketua Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang, Yusril Umar kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/5).

Dampak PSBB memang luar biasa bagi para pedagang, ada di antara mereka harus curi-curi berjualan di pinggir jalan demi tetap bertahan. Selama dua bulan Pasar Tanah Abang yang berjualan pakaian sudah tutup, pedagang tanpa pendapatan, sebagian lagi ada yang jualan di toko online. Kondisi ini berdampak pada pedagang pasar tanah abang yang berjualan makanan dan kebutuhan pokok.



"Omset pasti berpengaruh. Karena jumlah orang belanja kurang. Untuk pedagang makanan nggak terlalu besar, pasarnya bagian belakang dekat Tapekong dan blok G ada pedagang kambing di situ. Menurun karena yang datang berkurang, transaksi juga ada penurunan," sebutnya.

Ia menyebut setidaknya para pedagang kebutuhan pokok pun mengalami penurunan omset hingga 50%. Hal ini karena para pembelinya banyak berasal dari pedagang tekstil yang juga berjualan di Tanah Abang. Sehingga, ketika sejumlah blok ditutup, maka pedagang kebutuhan bahan pokok juga terkena imbasnya.

"Yang buka diizinkan blok G terutama samping F juga. Sekarang yang belanja umumnya masyarakat sekitar. Kalau dulu pedagang tanah abang sambil pulang, belanja dulu buat kebutuhan keluarganya," sebut Yusril.

Bisa disimpulkan dari sejumlah blok yang ada. Yusril menyebut blok A berjumlah 8 ribu unit, blok B sebanyak 5 ribu unit, Blok F sebanyak 4-5 ribu unit. Pusat Grosir Metro Tanah Abang (PGMTA) 4 ribu unit.

"Jumlah kios untuk di lingkungan Blok A, B, F, G dan PGMTA bisa hampir 20 ribu unit," jelasnya.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ferry Juliantono juga menyebut mayoritas pasar saat ini sedang menurun omsetnya. Padahal, momen mendekati lebaran seperti sekarang seharusnya menjadi masa panen.

"Sebetulnya karena pengunjung berkurang drastis. Bahkan pedagang di pasar, terutama berjualan di luar penjualan bahan pokok itu udah tutup. Seperti toko kelontong banyak tutup dari tiga bulan lalu. Fenomena tutupnya kios, tutupnya di luar bahan pangan dan pokok. menurunnya pengunjung ke pasar menyebabkan omset pedagang juga turun," ungkap Ferry.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article PSBB Nothing! Viral Pengunjung Membeludak di Pasar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular