Internasional

Terancam Perang Dagang, Australia Nego Sapi dengan China?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 May 2020 13:43
Cows stand in a field in Bantouzelle, near Cambrai, France, April 28, 2018. REUTERS/Pascal Rossignol
Foto: REUTERS/Pascal Rossignol
Jakarta, CNBC IndonesiaChina dan Australia terancam perang dagang. Ini terjadi setelah China secara mengejutkan menghentikan impor daging sapi dari negeri Kanguru itu.

Meski mengatakan hal tersebut mengecewakan, Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham akhirnya menghubungi China untuk meminta perundingan lewat panggilan telepon. Sebagaimana ditulis Reuters, Birmingham meminta pembicaraan khusus dengan Menteri Perdagangan China Zhong Shan.



Namun belum ada laporan terperinci lagi soal ini. Kepada jaringan televisi Seven, Birmingham mengatakan Australia masih menginginkan berhubungan secara terhormat dengan Cina.

Sebelumnya, China melarang pembelian daging karena isu pelanggaran karantina. Impor ditangguhkan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan konsumen China.

Penangguhan daging sapi ini muncul beberapa hari setelah China mengusulkan kenaikan tarif hingga 80% pada gandum Australia. Sebagian pihak beranggapan, ini merupakan tindakan pembalasan Beijing atas desakan Australia untuk penyelidikan asal-usul wabah corona (COVID-19).

Pejabat China mengatakan langkah ini tidak terhubung dengan desakan penyelidikan COVID-19. Namun dari koran nasional China Times Global, dalam editorial disebutkan tindakan itu bisa menjadi 'peringatan' bagi Australia untuk tindakan yang tidak ramah.

Australia bersama dengan AS meminta adanya penyelidikan pada asal muasal COVID-19. Australia juga melarang perusahaan China, Huawei untuk ikut serta dalam proyek jaringan 5G-nya.

Ini membuat Duta Besar China untuk Australia Cheng Jingye memperingatkan bahwa konsumen China dapat memboikot produk Australia jika perlu karena tindakan itu. Para menteri pemerintah Australia menggambarkan komentar Jingye sebagai pemaksaan dalam ekonomi.



Sementara itu, dari laman yang sama, Birmingham tetap komitmen mendukung penyelidikan internasional terhadap COVID-19.

"Kami konsisten dengan nilai-nilai kami dan kami tidak menjamu paksaan ekonomi dalam arti apapun dalam hal mengubah posisi kebijakan kami," kata Birmingham, dikutip dari Reuters.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article China Ngamuk, Boikot Produk Australia, Perang Dagang Baru?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular