
Rusia Sewot ke AS Gegara Iran, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengecam Amerika Serikat (AS). Pasalnya negeri Paman Sam masih menyebut diri mereka sebagai bagian dari anggota perjanjian nuklir Iran JCPOA, setelah keluar dari perjanjian dua tahun lalu.
"Ini konyol," kata Nebenzia kepada wartawan sebagaimana dikutip Reuters. "Mereka bukan anggota, mereka tidak punya hak untuk memicu (pemberlakuan semua sanksi PBB terhadap Iran)."
Pernyataan itu disampaikan Nebenzia setelah Dewan Keamanan PBB mengabadikan kesepakatan dalam resolusi yang masih menyebut AS sebagai peserta. Padahal negara itu sudah keluar dari perjanjian pada 2018 lalu.
Nebenzia juga menyampaikan kritiknya pada AS setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meminta hak, dalam resolusi Dewan Keamanan PBB secara merata. Hak-hak yang dimaksud adalah kemampuan negara peserta kesepakatan nuklir untuk menerapkan sanksi pada Iran.
AS juga telah meminta Eropa untuk menyetujui kemungkinan memberikan lagi sanksi ke Iran jika Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara tidak mampu mencegah penghentian embargo senjata. Sebelumnya sanksi ke embargo senjata ke Iran akan berakhir pada bulan Oktober ini.
"Snapback (memperbarui sanksi) pasti akan menjadi akhir dari JCPOA ... Inspeksi mengganggu dari suatu negara ke IAEA (Badan Energi Atom Internasional) akan dihentikan," kata Nebenzia memperingatkan.
Saat ditanya apakah Rusia akan memveto sanksi Iran jika itu terjadi, ia mengatakan belum waktunya berkomentar. "(Tapi) Saya tidak melihat alasan mengapa embargo senjata harus dibebankan pada Iran." jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Iran memiliki perjanjian nuklir yang dibentuk pada 2015. Perjanjian yang disebut itu ditandatangani dengan Amerika Serikat, Rusia, Cina, Jerman, Inggris, dan Prancis.
Perjanjian itu sendiri mencegah Iran untuk mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan keringanan sanksi.
Pada 2018, Presiden AS Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian itu dengan alasan bahwa perjanjian yang dilahirkan di era kepresidenan Barack Obama itu tidak bisa membuat Iran memenuhi komitmennya. Trump bahkan menyebutnya sebagai kesepakatan terburuk yang pernah ada dan telah menjatuhkan sanksi ekonomi pada Iran begitu AS keluar dari kesepakatan.
Karena ini semua sanksi kembali diberlakukan ke Iran. Negeri itu pun sulit melakukan perdagangan, termasuk minyak yang jadi unggulan.
(res) Next Article Setelah Perang dengan AS, Kini Iran 'Perang' dengan Eropa?
